|
271. | 
| | oleh Eko Prasetyo *** Out of Print *** Agak menggelikan juga ketika melihat seorang ustadz jadi bintang iklan. Gelisah juga kita melihat training agama yang marak dengan biaya tinggi. Ini belum termasuk berbagai salon, supermarket, acara televisi, yang menggunakan Islam sebagai label. Sama halnya dengan banyaknya Ornop yang menjadikan ... [selengkapnya]
|
|
272. | 
| | oleh Eko Prasetyo *** Out of Print ***
Jumlah transaksi yang dilakukan oleh perusahaan atau instansi yang melakukan transaksi kerja semakin banyak dari waktu ke waktu. Lalu, apa yang harus perusahaan lakukan terhadap data-data transaksi itu? Apakah hanya untuk laporan akhir tahun, kemudian dibuang? Tetap dikelola hanya untuk ... [selengkapnya]
|
|
273. | 
| | oleh Eko Prasetyo *** Out of Print *** Sudah terlalu lama guru berdiam diri terhadap apa yang dihadapinya. Walaupun UU Guru telah hadir, itu bukan jaminan kebebasan dan kesejahteraan guru. Profesi guru bukan hanya kurang dihargai tapi juga kerapkali dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dan politik. Kini saatnya guru kembali bahwa ... [selengkapnya]
|
|
274. | 
| | oleh Eko Prasetyo *** Out of Print *** Mau tahu negeri yang menggaji ibu rumah tangga? Ingin tahu negeri mana yang menggratiskan pendidikan dan kesehatan? Itulah yang kini sedang berjalan di Amerika Latin. Presidennya dengan keberanian yang memukau, menasionalisasi puluhan perusahaan asing dan dengan nekad membagi susu sekaligus beras ... [selengkapnya]
|
|
275. | 
| | oleh Eko Prasetyo *** Out of Print *** Pendidikan kerapkali melahirkan orang pintar tapi tak ada nyali. Itu yang mengantarkan para intelektual jadi budak kekuasaan dan kekuatan modal. Keduanya punya kemiripan: membuat penindasan jadi terasa berbau ilmiah. Tapi tak semua intelektual berkarir sebagai pengkhianat! Antonia Gramsci, Che ... [selengkapnya]
|
|
276. | 
| | oleh Eko Prasetyo *** Out of Print *** ... kalau pemuda sudah berumur 21, 22 sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa... pemuda yang begini baiknya digunduli saja kepalanya...
(pesan Bung Karno)
Udah, dekh! Yang tua tak layak memimpin bangsa ini.
Lagian dikasih waktu ndak bisa beresin ... [selengkapnya]
|
|
277. | 
| | oleh Eko Prasetyo *** Out of Print *** Bayangkan kalau gajimu 400 juta sebulan! Bayangkan kalau kamu punya pesawat pribadi sendiri dan tiap bulan bisa berganti mobil. Alangkah nikmatnya hidup yang berlimpah harta ini. Kemacetan lalu lintas tidak pernah kita rasakan dan yang paling penting, kebijakan kenaikan harga berapapun bisa kita ... [selengkapnya]
|
|
278. | 
| | oleh Eko Prasetyo *** Out of Print *** Kesehatan memang mahal. Ongkos obat dan rumah sakit membumbung tanpa kontrol. Adanya penyakit membuat banyak pihak mendapat untung. Sudah biayanya mahal, setiap kesalahan medis sangat sulit untuk diadili. Mahalnya ongkos masih juga diperuncing oleh beredarnya obat palsu.
Soal kesehatan yang tak ... [selengkapnya]
|
|
279. | 
| | oleh Eko Prasetyo *** Out of Print *** Pendidikan kita memang kacau-balau. Pemegang kebijakan tampaknya tuli dengan kritik dan cercaan yang ditujukan padanya. Padahal kita tahu pendidikan adalah cermin peradaban dan kualitas bangsa.
Kini wajah pendidikan semakin dicemari oleh mahalnya biaya dan kekerasan yang terjadi di dalamnya. ... [selengkapnya]
|
|
280. | 
| | oleh Eko Prasetyo *** Out of Print *** Melalui iklan di televisi dan radio, dibilang selama ini subsidi BBM hanya menguntungkan orang kaya. Pemerintah nyatakan kenaikan harga BBM tidak akan berdampak bagi rakyat miskin. Lalu mengapa harga beras, tempe, dan sayur ikut-ikutan naik? Ini makanan harian kaum miskin, lho!
Artinya, ... [selengkapnya]
|
|