
|
Susanna Tamaro
Lahir di Trieste pada tahun 1957, Susanna Tamaro tumbuh besar di bawah asuhan neneknya, yang menggantikan peran orangtuanya setelah mereka bercerai. Setelah lulus sekolah guru ia pergi ke Roma untuk belajar menjadi sutradara film. Pada tahun 1979 ia bekerja sebagai asisten Salvatore Samperi untuk film berjudul Liquirizia. Di film itu ia muncul sebentar sebagai pemain pinball yang obsesif. Ia mengawali karier filmnya dengan sejumlah film dokumenter televisi. Sambil bersekolah ia juga menulis novel dan cerita pendek. Pada tahun 1989 terbitlah La testa fra le nuvole - The Head Among the Clouds - yang meraih penghargaan bergengsi Elsa Morante. Kepiawaiannya menulis semakin terbukti ketika pada tahun 1991 ia menerbitkan kumpulan cerita pendeknya yang berjudul Per voce sola - For Solo Voice - yang memenangkan penghargaan para kritikus, Pen Club. Karyanya ini diikuti buku anak-anaknya yang berjudul Cuore di Ciccia (1992), dan akhirnya pada tahun 1994 Va` dove ti porta il cuore - Pergilah Ke Mana Hati Membawamu - yang menjadi sukses besarnya. Novel ini menjadi novel Italia paling sukses abad itu, dan telah terjual sebanyak 2.500.000 copy.
|
Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Susanna Tamaro:

| oleh Susanna Tamaro Dan kelak. di saat begitu banyak jalanterbentang di hadapanmudan kau tak tahu jalan mana yang harus kauambil, janganlah memilih denganasal saja, tetapi duduklah dantunggulah sesaat. Tariklah napasdalam-dalam, dengan penuh kepercayaan,seperti saat kau bernapas di hari pertamamu di dunia ini.Jangan ... [selengkapnya]
|

| oleh Ascolta la mia voce Susanna Tamaro Setelah neneknya meninggal dunia, Marta sang cucu putri Ilaria, kini sebatang kara. Ia tahu ibunya meninggal ketika ia masih kecil, tapi selebihnya, kisah tentang orangtuanya adalah misteri. Pada suatu hari, Marta menemukan kotak berisi buku harian ibunya dan beberapa peninggalan lainnya. Semua itu ... [selengkapnya]
| 
| oleh Susanna Tamaro Orang yang mencintai menanggung risiko lebih besar, dan sering harus membayar harga yang lebih tinggi... Alih-alih membuka hati, cinta lebih sering menutupnya. Mengapa? Mungkin kita khawatir, orang lain akan merampas cinta itu dari kita, dan mereguknya habis di depan mata kita. Tapi cinta bagai ... [selengkapnya]
|
|
|
|