|
Sinopsis Buku: Di atas kipas sutra tertera kehidupan mereka.Pengikatan kaki, pernikahan, kelahiran, kematian,kebahagiaan dan pengkhianatan.Janji setia sepasang laotong.Bunga Salju dan Lily adalah sepasang laotong, kembaran sehati. Bersama mereka melalui hari-hari sebagai gadis kecil, remaja, hingga dewasa. Bersama mereka melewati masa-masa menyakitkan saat kaki diikat.
Meski jarak terentang, mereka menyatu dalam ikatan sebuah kipas sutra berhias nu shu, tulisan rahasia kaum wanita. Namun nu shu pemersatu justru mengkhianati mereka, mencerai-beraikan dua hati.Dalam Snow Flower, Lisa See menyampaikan cerita menawan tentang kehidupan wanita Cina yang serba terkekang pada abad ke-19. Melalui Bunga Salju dan Lily, terkuak tradisi pengikatan kaki untuk mendapatkan bentuk lotus yang suci, juga ikatan laotong yang lebih erat daripada pernikahan. Tapi, apa jadinya jika kembaran sehati tak lagi saling bertaut? Resensi Buku:
Tak Hanya dengan Khayalan dan Kelihaian Menulis, Pengalaman Jauh Lebih Berharga oleh: Setya Nurul Faizin "Hanya novelis terbaiklah yang bisa menulis kisah seperti ini" --Arthur Golden (penulis Memoirs of a Geisha) Sebagai seorang laki-laki, aku berani menangis saat membaca novel ini. Mungkin selamanya aku tidak akan menjadi seorang pembaca yang merendahkan penilaianku terhadap sebuah buku hanya karena masalah sensitif maupun teknis saja sementara keindahan yang ditawarkan buku tersebut cukup dalam merasuki alam bawah sadarku. Sama seperti ketika beberapa orang mengkritik Laskar Pelangi yang lemah dari segi kesusastraan (kata mereka), atau saat beberapa orang berani menurunkan nilai serendah mungkin hanya karena ada sebuah pernyataan yang bertentangan dengan prinsipnya, aku lebih berani mereduksi semua itu. Pesona dan manfaat sebuah buku bagiku tidak sedangkal untuk dibaca dan dikritik untuk kemudian dicinta atau dibenci. Hakikat sebuah buku bagiku adalah ibarat seorang anak yang lahir dari rahim seorang ibu (penulis). Atau seperti sebuah hasil dari sebuah proses panjang, tak peduli berupa manis ataupun pahit bagi penulis, namun berwujud kemasan tersendiri bagi para pembacanya. Hal itu sangat kurasakan saat membaca "Snow Flower" karya Lisa See. Terlebih saat sang kreator menyertakan perjalanan jauhnya, kerja kerasnya, dalam melahirkan buku tersebut. Mengisahkan tentang kehidupan di Cina kuno sebelum abad ke-19. Dengan tema menarik tentang tradisi pengikatan kaki untuk gadis kecil Cina, dan nu shu sebagai warisan tua peninggalan leluhurnya. Sebuah tulisan rahasia yang digunakan gadis dan wanita Cina untuk berhubungan sesamanya (bukan urusan laki-laki). Ceritanya sendiri berputar pada kehidupan tokoh utama yang diceritakan dengan sudut pandang akuan bernama Lily. Lebih dalam, buku setebal 551 halaman ini banyak berbicara tentang laotong--kembaran hati-- Lily bernama Bunga Salju. Tentang kehidupan mereka berdua sejak menjalani Hari-Hari Anak Gadis, Hari-Hari Jepit Rambut, hingga Hari-Hari Beras dan Garam. Tentang tradisi, takdir, cinta, persahabatan, penderitaan, pengkhianatan, kesalahan, penyesalan. Daya tarik buku ini (bagiku) selain tradisi pengikatan kaki dan nu shu adalah karena pengarangnya sendiri--Lisa See--bukanlah orang Cina. Aku selalu tertarik menyelami karya-karya penulis yang berani melintas batas budaya untuk menuliskan kisah berlatar bukan kebudayaan latar kehidupannya. Pada akhirnya, aku berani angkat dua jempol (two thumbs up) untuk karya yang tak hanya hanya dihasilkan melalui proses berkhayal dan berpikir, melainkan observasi, wawancara panjang, perjalanan jauh, hingga pengalaman langsung penulis mencicipi kehidupan orang Cina pedalaman. Aku tidak akan mengurangi bintang empatku hanya karena alur cerita yang lembut, pelan, dan mengalir seperti air sungai (yang bagi beberapa orang yang memberinya bintang dua bahkan satu adalah membosankan). Aku pun takkan menyesal karena membaca buku yang penuh narasi dan sangat sedikit percakapan, karena toh percakapan yang ada sudah sangat terpilih dan diseleksi untuk tidak menambah tebal halaman. Akhirnya, aku merekomendasikan buku ini untuk mereka yang mengagumi lika-liku kehidupan dan hasil cipta yang ada di dalamnya: cinta, kasih, kesetiaan, pengorbanan, kepasrahan, kepatuhan, pembangkangan, pengkhianatan, dendam, tradisi, religiusitas dan seni. Bagi mereka yang sensitif dan mengedepankan sikap emosional dalam membaca buku beralur lambat, sebaiknya tidur saja. ^_^ Add your review for this book!
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |