
|
Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib,lahir di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 27 Mei 1953, sebagai anak keempat dari 15 bersaudara. Ia mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Modern Gontor dan meneruskan ke Universitas Gadjah Mada (hanya sebentar). Pada 1970 - 1975 hidup menggelandang di Malioboro, Yogya, ketika belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi. Dan pernah menjadi redaktur harian Masa Kini (Yogyakarta), pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta), dan grup musik Kyai Kanjeng hingga kini. Ia mengikuti berbagai festival puisi antara lain di Belanda dan Jerman. Karyanya yang diterbitkan Gramedia adalah Trilogi Doa Mencabut Kutukan.
|
Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Emha Ainun Nadjib:

| oleh Emha Ainun Nadjib Ide-ide dan sepak terjangnya sering bernada kritis dan mengejutkan. Minatnya luas, mencakup berbagai masalah hangat di bidang sosial, budaya, dan politik. Buku ini jelas memperlihatkan sosok penulisnya, Emha Ainun Nadjib, sebagai cendekiawan yang kritis sekaligus penyair yang kerap lebih suka ... [selengkapnya]
| 
| oleh Emha Ainun Nadjib Ternyata sejak tahun 1970-an Emha Ainun Nadjib sudah memiliki pemikiran yang jauh ke depan mengenai bangsa kita.
Emha sangat bersedih bahwa "zaman edan" tiga dekada lalu sudah membuat kepala pusing, tetapi sekarang ini "zaman edan" malah membuat kepala kita pecah!
Keprihatinan dan konsistensi ... [selengkapnya]
| 
| oleh Emha Ainun Nadjib "Buku ini (Markesot Bertutur Lagi) mampu mengharu-biru pe rasa an pembacanya dengan humor, keseriusan, sikap kritis, kepolosan, kesedihan, dan kekaguman."
- Kompas, 16 Januari 1994
Buku yang berada di tangan pembaca ini merupakan kelanjutan ... [selengkapnya]
|
|
|
|