|
Sinopsis Buku: Sinopsis : Menghayati kehidupan berarti menjalani hidup dari ruhnya, dari daya "hayat" nya. Bahasa penghayatan adalah mengalami tuntas, menghayati atau memberi hidup atau menghidupi. Untuk itulah makna atau arti penting dalam menangkap ruh kehidupan lalu menanggapinya dengan makna. Orang lalu berkata: manusialah "si pemberi makna". Contoh sederhana: dari bahasa cetak tulisan di buku yang "mati" dan beku, akan wajib dihidupkan dan dibuat hidup ketika kita membaca buku itu.
Lalu membaca berarti memberi ruh dan menghidupi teks-teks tulisan. Tampak jelas bahwa pengalaman penghayatan hidup hanya sampai ke sesama melalui bahasa. Awalnya lewat bahasa cakap-cakap, lisan wacana lalu bahasa tulisan setelah dinalarkan dan disusun logis rasional sistematis agar ditangkap alur maknanya oleh orang lain. Kini sudah melintas ke bahasa "digital", ke dunia universalisasi dan virual atau maya dengan kombinasi penanda dan tanda-tanda yang harus dimengerti kode-kode maknanya. Bahasa-bahasa tadi berada di ranah kebudayaan yang memuat pemikiran atau filsafat, kata-kata bermuatan pengertian atau pulau kata-kata kunci untuk masuk ke dalam pemahaman kebudayaan. Di dalamnya terdapat senarai kata untuk titik pijak kesamaan berwacana atau berdiskusi. Bila buku ini mencoba memuat ranah-ranah filsafat mengenai sisi kehidupan. Bila dilanjutkan dengan teks-teks kebudayaan sari pemikiran pemikir budaya luar Indonesia, itu dimaksud membuat dialog pengertian dan makna kata-kata kunci kebudayaan. Lalu di bagian akhir dicoba diberi bingkai di tanah air dalam "glossaria" atau senarai kata. Selamat membaca. Mudji Sutrisno, S.J. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |