|
Sinopsis Buku: Munir, bagi sebagian (besar) masyarakat Indonesia, adalah sebuah suara keberanian di tengah kebungkaman massal atas penindasan hak-hak asasi manusia. Itulah Munir sebagai figur publik, yang diakui sebagai seorang tokoh nasional, bahkan internasional, di bidang pembelaan HAM.
Buku ini mengisahkan sisi-sisi Munir di ranah privat, yang jarang diketahui umum. Lewat penelusuran informasi unik dari keluarga, istri, dan sahabat-sahabat, pengarang menampilkan Munir apa adanya. Bagaimana peran ayah-ibu, kakak-kakak, lingkungan, sekolah, guru, istri, anak-anak, dan sahabat-sahabatnya dalam membentuk kepribadian Munir. Lewat buku ini, Munir seolah-olah hidup kembali di tengah kita untuk menyalakan lagi api keberanian itu. ● Pekerjaan paling berat adalah mengubah kultur ketakutan ... Saya sangat ingin, orang-orang sadar bahwa problem masyarakat Indonesia, agar berubah menjadi kritis, adalah adanya rasa takut. Kita harus membongkar rasa takut itu hingga ke akar-akarnya. Ini adalah sebuah energi kalau kita mau membangun sistem masyarakat yang dinamis, merdeka, jujur terhadap sesama. Karena, ketakutan itu biasanya mengakhianati .... ● Pas kuliah, aku gabung dengan HMI. Zaman itu aku militan sekali pro-Soeharto. musuhku anak-anak gerakan, sampe aku bersenjata lho. Aku bawa clurit ke kampus, berantem. Aku anggap itu perang agama ... melawan orang-orang anti-Soeharto di kampus tahun 80-an ● Cinta dan perkawinan itu bukan soal fisik, tapi kebenaran dalam kejujuran menemukan kesesuaian. jangan berdoa untuk dapat jodoh tapi berdoalah untuk kebenaran. Karena di situ cinta akan ditemukan .... ● Tuhan ada pada seberapa besar cinta kita akan kebenaran .... ● Waktu Kontras berdiri, itu ada isu-isu di baliknya. isunya aku di-back up jenderal. Sebelumnya, aku juga dituduh Yahudi, komunis, Kristen .... Terlepas dari fitnah dan pembentukan opini publik, perlu ditegaskan bahwa Kontras gak punya musuh. Lawan Kontras sesungguhnya adalah struktur para pejabat militer lama yang nggak mau dikoreksi karena soal hak-hak asasi manusia. Intelijen gak kuanggap musuh, tentara juga bukan musuh. "Cara bertuturnya indah seperti novel. Data-datanya runtut seperti sebuah tesis, analisisnya tajam bagai sebuah kolom." -Andriani L. Soetoto, praktisi periklanan, penikmat buku. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |