|
Sinopsis Buku: Gus Dur adalah manusia multidimensi. Berbagai pikirannya kaya akan dimensi dan angle. Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid (1984-1999) berserakan di mana-mana. Mulai dari topik dan kajian tentang Islam, toleransi, sikap inklusif dan humanitarianisme universal, soal Indonesia dan keindonesiaan, kiai, pesantren, dakwah dan pemberdayaan masyarakat, pribumisasi dan pembaruan Islam, demokrasi dan civil society, gagasan-gagasan pendidikan, ekonomi kerakyatan, pelestarian lingkungan hidup dan pembelaan terhadap buruh migran, sampai dengan persoalan ziarah kubur, bola, kesenian dan pembelaan Gus Dur terhadap perjuangan rakyat Palestina yang sering disalahkaprahi golongan tertentu. Buku ini menghadirkan kutipan-kutipan pemikiran itu secara simpel berdasarkan tema. Disarikan dari ratusan kolom, artikel koran, buku, situs online, dan rekaman ceramah Gus Dur. Setiap kata dalam buku ini sungguh berenergi, berdaya kreatif, membangun hal-hal mulia, dan menyiramkan berkah kepada dunia. Endorsement: "Seseorang yang memahami Gus Dur maka akan terkoreksi dirinya. Seorang budayawan yang menyelami Gus Dur akan merasakan kontribusinya untuk kebudayaan Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Seorang kiai yang mengakrabi Gus Dur maka akan merasa peran sosial keagamaannya belum berarti apa-apa. Seorang politisi yang mengetahui Gus Dur akan menyadari dirinya masih jauh dari sosok negarawan. Seorang pelaku sufi yang memahami Gus Dur akan merasakan bahwa dirinya belum terbebas dari kepentingan dunia. Berhadapan dengan Gus Dur, suka atau tidak suka, diri kita akan terkoreksi." - K.H. Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU "Gus Dur telah mengubah persepsi orang tentang Nahdlatul Ulama sehingga kaum santri pun menjadi bangga dan percaya diri sebagai warga NU. Berbeda dengan para pembaru dan sekuler, Gus Dur melihat sesuatu secara rasional dan transrasional (nalar bayani dan irfani). Pendekatan Gus Dur tersebut tentu mewujudkan pemikiran dan tindakan yang hebat. Pada 2007 saat berada di tengah pejabat Amerika Serikat, Gus Dur memberikan perspektif berbeda tentang teroris. Beliau mengatakan, “Apa yang Anda sebut ‘teroris’ itu sebenarnya saudara saya juga.” Di kesempatan lain saya juga pernah menyaksikan kehebatan Gus Dur. Ceritanya, suatu hari saya mengantarkan seorang rektor perguruan tinggi ternama bertemu Gus Dur. Sang rektor menyampaikan gagasannya tak kurang selama sepuluh menit. Saat Gus Dur dimintai komentarnya, beliau mengatakan, “Itulah orang universitas, gagasannya di menara gading. Sampean bicara panjang lebar tadi itu, saya enggak ngerti.” Jika ingin melihat kiai tradisional maka lihatlah Gus Dur. Fakta itu menjadi penghalang orang yang akan meremehkan kelompok Muslim tradisional. Justru sebaliknya, mereka menghormati dan menghitung kekuatan Nahdlatul Ulama. Omar Suleiman, Kepala Badan Intelijen Mesir pernah mengatakan kepada saya, “Presiden Wahid itu orang hebat! Dia pernah presentasi tanpa teks secara bagus tentang isu penting dan berat, di hadapan kami orang Mesir. Namun, kenapa ya Presiden cerdas itu bisa diturunkan dari jabatannya?” katanya heran. Saya senang buku ini hadir di tengah masyarakat. Butuh kesabaran dan ketelitian menyusun buku ini. Dan hasilnya, buku ini menarik untuk kita kaji dan renungkan. Semoga bermanfaat.” - Dr. (H.C.) K.H. Asad Said Ali, Wakil Ketua Umum PBNU Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |