|
Sinopsis Buku: "Meskipun rakyat banten memilikiTradisi memberontak,rasanya tanpa ada legitiminasi agama,pemberontakan tidak akan pecah,meski keresahaan sosial memuncak.Doktrin-doktrin keagamaan yang disampaikan Syekh'Abd al-Karim al-Bantani yaitu kedatangan Imam Mahdi, peringatan terakhir Nabi Muhammad Saw.,Mendirikan negara Islam(Dar al-Islam), dan Perang Sabil(Jihad fi sabilillah);yang kemudian disemaikan oleh murid-muridnya seperti Haji Marjuki,Haji Tubagus Ismail,dan Haji Wasid; telah menjadi landasan rasional untuk melakukan pemberontakaan.
Dengan demikian, para pemberontak memahami pemberontakan tersebut sebagai jalan satu-satunya untuk melakukan protes terhadap penguasa kolonial,dimana sebelumnya mereka tidak memiliki atau tidak tersedia cara-cara yang sah untuk menyatakan protes atau perasaan tidak senang terhadap kebijakan kolonial. Di Eropa kala senja Abad Pertengahan, agama dikambinghitamkan sebagai pembenar kesewenang-wenangan penguasa,bahkan diusir dari ruang publik,dan fungsi sosial-politiknya dikebiri. Padahal,sejatinya,ruh asli agama hadir sebagai simbol perlawanaan terhadap ketidakadilan. Ruh inilah yang ditangkap syekh'Abd Al-Karim al-Bantani.Dia menafsirkan agama secara kreatif revolusioner,yang diracik menjadi sebuah gugus ideologi perlawanan terhadap kolonial. Racikan ideologi itu-mengutip Ali Shariati- menjelma menjadi ""sangkakala Israfil"" yang membangkitkan jiwa-jiwa masyarakat banten untuk berdiri tegak menantang imperialis Belanda" Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |