|
Sinopsis Buku: "Kami bukan yang terbesar, Tapi kami berusaha menjadi yang Terbaik dan Kami tidak memiliki apa-apa selain Kebanggaan menjadi MARINIR!"
***** Tahun 1998. Keadaan negeri begitu rusuh. Kekacauan dimana-mana. Gedung-gedung terbakar, penjarahan, pekik kemarahan, massa yang beringas berhadapan dengan polisi dan tentara berwajah tegang. Ada beberapa korban tumbang terkena peluru yang entah meluncur dari senapan siapa. Saling tuding semakin memanaskan suasana. Dan, dari balik kabut kekacauan itu, muncul sosok-sosok tegap. Mengenakan baret ungu, dengan wajah yang terus tersenyum, dan nyaris tanpa senjata, mereka maju menemui massa yang tengah berada pada puncak keberingasannya. Dengan persuasi dan bujukan yang dilakukan sembari terus tersenyum, mereka berhasil menenangkan massa yang beringas. Sementara kehadiran mereka yang nyaris tanpa senjata memunculkan rasa simpati atau bahkan gentar; di tengah kekacauan dan kerusuhan seperti itu hanya para pemberani yang bersedia muncui tanpa senjata. Hasilnya, lemparan molotov, batu, atau benda-benda keras lainnya diganti dengan uluran bunga mawar yang harum. Semua seperti terpukau. Salut untuk Korps Marinir. Demikianlah, kemunculan Korps Marinir pada puncak kerusuhan tahun 1998 benar-benar menjadi sesuatu yang fenomenal. Tidak berlebihan kiranya jika tahun-tahun tersebut dianggap sebagai tahun yang sangat berarti bagi korps ini. Betapa tidak, setelah sempat agak terlupakan akibat sepinya pemberitaan, korps ini muncul dan berhasil menyita perhatian publik. Lebih dari itu, korps ini berhasil menorehkan kesan positif bagi banyak pihak dan memenuhi harapan banyak orang akan sosok tentara profesional, terlatih dengan baik, memiliki kemampuan tinggi, namun tetap simpatik dan ramah. Namun, sejarah Marinir membentang jauh melebihi tahun 1998. Fakta bahwa Indonesia sebagai negara maritim pernah memiliki kekuatan tempur di lautan yang mengagumkan. Pelbagai kisah yang dituturkan betapa heroiknya marinir pada masa Soekarno. Sebuah masa di mana marinir menjadi disegani dan sangat ditakuti oleh negara-negara tetangga. Dan sejak awal kemunculannya, korps ini telah mengalami pahit manis perubahan nasib yang terkadang terasa ekstrem. Pada tahun-tahun ketika Soekarno berkuasa, korps ini dimanjakan dan mendapatkan kemurahan yang barangkali sangat berlebihan. Lalu ketika Orde Baru berkuasa, Korps Marinir seolah dilemparkan ke titik ekstrem yang lain. Sejarah mencatat bagaimana masa Orde Baru hampir-hampir membuat korps ini terpuruk dan tanpa harapan. Apapun kisah yang telah dijalani, sejarah telah membuktikan bagaimana ketabahan dan daya tahan korps ini menghadapi masa-masa sulit. Yang lebih penting, bahkan di masa yang suram sekali pun korps ini tidak kehilangan motivasi untuk berbuat yang terbaik dan menorehkan prestasi. Buku ini merekam kisah yang membentuk sejarah Korps Marinir Indonesia. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |