|
Sinopsis Buku: Dia lagi senang-senangnya bermain. Jalan-jalan bersama teman-temannya, atau lari pagi bersama ayah tercinta dan anjing kecilnya. Dia juga menyukai musik, film, poster-poster. Dia punya koleksi sejumlah kaset dan film, dari India hingga Amerika, yang sering ia nikmati bersama kakak-kakaknya. Namun sejak Taliban berkuasa, semua koleksi dan kegemarannya itu harus dibuang jauh-jauh dari kehidupannya. Karena penguasa Taliban mengharamkannya.
Inilah kesaksian yang sangat menyentuh dan personal dari seorang gadis remaja yang hidup di bawah cengkeraman rezim fundamentalis Islam, Taliban Afghanistan. Keluarganya yang selama ini sudah cukup relijius namun moderat tidak cukup lagi bagi Taliban. Taliban memaksakan keislamannya sendiri, yang membuat masyarakat lain menderita; setiap perempuan diwajibkan mengenakan burqa, dan tidak boleh keluar rumah kecuali ditemani saudara lelaki muhrim. Perempuan juga tidak boleh lagi bekerja, sekolah, apalagi bermain di ruang terbuka. Singkatnya, di bawah Taliban, era perempuan telah telah usai. Mereka diperlakukan tak ubahnya tawanan, tersekap dalam bilik-bilik dan rumah mereka. Sebagai seorang perempuan, Latifa pun terkena imbasnya. Ia tidak bisa lagi sekolah, atau bermain-main. Padahal ia bermimpi menjadi jurnalis. Namun dengan keberanian yang luar biasa, bersama sejumlah temannya, ia menggalang sebentuk perlawanan. Perlawanan yang khas perempuan. Menyelenggarakan pendidikan tersembunyi di rumahnya, dengan resiko ditangkap dan dipenjara. Maka tidak heran jika kemudian ia dipilih sebagai International Women of the Year oleh PBB. Karena keberaniannya, dan juga kesaksiannya. Buku memoar ini bukan semata kesaksian atas nasib dirinya, melainkan juga nasib keluarganya, negerinya, dan-terutama-kaum perempuannya. Sebuah pelajaran sangat berharga buat mereka yang belum dan tidak ingin mengalaminya. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |