|
Sinopsis Buku: �Sesungguhnya karena kesabaran rakyatku bersedia memberikan apa yang mereka inginkan dalam Perjanjian Bungaya melalui aku; tetapi mereka menghendaki jantungku, dan hati ini adalah martabat dan harga diri setiap manusia!�
Sebuah epos berlatar Perang Makassar, 1669. Tragedi sejarah yang terjadi setelah seluruh kekuatan armada perang di Nusantara bagian timur berhasil dibujuk kompeni Belanda untuk mengeroyok Somba Opu, ibu kota Kerajaan Gowa, pimpinan I Malombassi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape alias Sultan Hasanuddin. Detik-detik terakhir keruntuhan Somba Opu sungguh memilukan. Pusat Kerajaan Gowa itu dicabik-cabik dan dibumihanguskan pasukan kompeni Belanda yang dibantu bala tentara Bone, Buton, dan Ambon. Demi martabat dan harga diri, segenap prajurit dan perwira Kerajaan Gowa berjuang mempertahankan benteng Somba Opu dengan gagah perkasa, hingga tetes darah terakhir. Novel yang didasarkan pada fakta-fakta sejarah di masa akhir kejayaan Somba Opu yang juga sebuah pelabuhan niaga yang besar dan strategis. Inilah salah satu bukti keampuhan politik adu domba yang dijalankan kompeni Belanda untuk menguasai kerajaan-kerajaan Nusantara. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |