|
Sinopsis Buku: Hati pria sangat berbeda dengan rahim ibu, Mariam. Rahim tak akan berdarah ataupun melar karena harus menampungmu. Hanya akulah yang kaumiliki di dunia ini, dan kalau aku mati, kau tak akan punya siapa-siapa lagi. Tak akan ada siapa pun yang peduli padamu. Karena kau tidak berarti!
Kalimat itu sering kali diucapkan ibunya setiap kali Mariam bersikeras ingin berjumpa dengan Jalil, ayah yang tak pernah secara sah mengakuinya sebagai anak. Dan kenekatan Mariam harus dibayarnya dengan sangat mahal. Sepulang menemui Jalil secara diam-diam, Mariam menemukan ibunya tewas gantung diri. Sontak kehidupan Mariam pun berubah. Sendiri kini dia menapaki hidup. Mengais-ngais cinta di tengah kepahitan sebagai anak haram. Pasrah akan pernikahan yang dipaksakan, menanggung perihnya luka yang disayatkan sang suami. Namun dalam kehampaan dan pudarnya asa, seribu mentari surga muncul di hadapannya. �Sebuah cerita tentang harapan akan kemenangan, juga kekuatan menepis ketakutan. Sungguh megah!� �New York Daily News �A Thousand Splendid Suns, tidak hanya menyuguhkan kepada pembaca tentang realitas Afghanistan, tetapi juga menunjukkan kemampuan dan bakat Hosseini; melodrama dri setiap plot; pelukisan yang tajam; penggambaran karakter hitam-putih; dan pengolahan emosi yang memukai.� �New York Post �... kisah yang sangat memilukan tentang perjuangan perempuan Afghan dalam mengarungi kerasnya hidup.� �Entertainment Weekly �Cerita yang mengembangkan imajinasi bagaimana menemukan kembali sebuah keteguhan hati.� �Houston Chronicle �... novel yang begitu menggemparkan ....� �International Herald Tribune �Sebuah cerita fiksi yang cemerlang, diprediksi akan lebih memberikan pengaruh luar biasa kepada pembaca dibandingkan The Kite Runner.� �London Time �Prosa Hosseini begitu menghunjam. Ia tidak hanya mengungkap sisi politik, tetapi juga sisi paling personal ....� �The Guardian Resensi Buku:
Menjadi perempuan oleh: Winda Pontoh Bagaimana mungkin kita bisa membantu orang lain bahkan disaat kita tak mampu membantu diri sendiri? Tapi itulah Mariam. Perempuan setegar dan sekuat itu mampu untuk membuat ia merasa nyaman di antara deritanya. Mariam kecil yang ditinggal mati Ibunya karena keinginannya sebagai seorang anak yang ingin memiliki seorang Ayah sepenuhnya, memiliki seorang Ayah yang setiap saat akan tertawa jika mendengar ceritanya, harus menerima kenyataan bahwa ia tak diinginkan Ayahnya dan ditinggal untuk selamanya oleh Ibunya. Ia yang berusia muda dinikahkan paksa pun harus melompati banyak fase keremajaannya. Menjadi dewasa sebelum waktunya. Menjadi tua bahkan ketika usianya baru akan meninggalkan masa remajanya. Di ujung usianya, ia melampiaskan semua rasa yang ia pendam. Mengakhiri kesedihannya sekaligus mengakhiri kesedihan orang lain, temannya, yang juga menjadi istri kedua suaminya. Ia telah sadar, ada ribuan mentari yang siap untuk menyinarinya... Add your review for this book!
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |