|
Sinopsis Buku: Ainun:
"Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar: dia sibuk di antara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca atau berbuat lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta: mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya..." Habibie: "Terima kasih Allah, Engkau telah menjadikan Ainun dan saya manunggal jiwa, roh, batin, dan hati nurani. Kami melekat pada diri kami sepanjang masa di manapun kami berada..." *** Kompas.com: Habibie juga melantunkan kidung amor seperti Freddie [Mercury], dengan berkata, "Ainun tercipta untuk saya, dan saya tercipta untuk Ainun." Tapi Habibie lebih dari itu, karena untaian syair indah itu dia terjemahkan dalam laku keseharian kepada sang pasangan hati. Prof @komar_hidayat : Pak Habibie itu cintanya ga ada yg grey area. Begitu transparan... RT @desianwar: Di peluncuran buku pak Habibie... Cerita ttg pacar2 lamanya di Jerman sebelum ketemu Bu Ainun :) #FF RT "@MataNajwa: Eps Separuh Jiwaku Pergi (Kisah Cinta Habibie-Ainun) mengantarkan kami mjd nominasi talkshow terbaik di Asian TV awards 2010 Buku ini menari, karena berisi analsisi ilmiah murni penulis sebagai intelektual yang berpendapat apa adanya. -- KH Ali Yafie Ini adalah sebuah karya yang ditenun dan dibingkai dengan perasaan cinta suci yang mendalam, tulus dan sarat nilai. Suka-duka penulisnya berdampingan selama 48 tahun dengan Bu Ainun bertumpah-ruah dengan penuh kejujuran dalam karya ini, sebuah karya yang dapat dijadikan ilham bagi para pencari resep spiritual bagi bangunan rumah tangga sakinah, sesuatu yang tidak mudah bagi kebanyakan kita, termasuk saya. -- Ahmad Syafii Maarif Ini adalah sebuah buku yang luar biasa menari, amat penting, sebuah buku sejarah Indonesia di 40 tahun terakhir, kisah pengalaman seorang putera utama bangsa Indonesia, tokoh teknologi yang menjadi tokoh politik, sebuah buku yang indah, yang sekaligus cerita cinta, cinta yang menjadi rahmat dari Tuhan. Mempesona! -- Franz Magnis-Suseno SJ Resensi Buku:
oleh: Fajar Adhi Partomo Buku ini mengisahkan perjalanan antara Habibie dan Ainun, dari awal mereka bertemu kembali setelah masa sekolah, kemudian melanjutkan hubungan yang serius. Gaya penulisan yang disajikan selayaknya gaya tutur seseorang yang sedang menceritakan kisahnya secara langsung dan runtut. Saya menjadi tahu bagaimana awal mula Habibie merintis karier dan prestasinya dari nol. Bagaimana beliau dan Ainun memulai kehidupannya di Aachen, Jerman. Bagaimana beliau bekerja keras menekuni bidang teknologi yang menjadi pekerjaannya, mulai dari perkeretaapian sampai dengan pesawat terbang. Alur cerita berjalan seperti naik perlahan sampai ke titik puncak ketika Bapak Habibie berhasil mewujudkan cita-citanya yakni bersama dengan anak bangsa menciptakan pesawat terbang sendiri pada masa itu (N-250 atau Gatotkaca) dan ketika beliau dilantik menjadi Presiden RI yang ketiga. Rasa drama, kasih sayang tiada batas, konflik, perjuangan, idealisme, politik, dan nasionalisme bercampur menjadi satu dalam buku ini. Membaca buku ini seakan-akan kita juga mengikuti alur sejarah di masa silam di mana Indonesia sebenarnya memiliki potensi industri dan teknologi yang menjanjikan. Visi dari Soeharto pada masa orde baru dalam mewujudkan swasembada beras, rencana pembangunan lima tahun, dan investasi di bidang industri teknologi pantas diberikan apresiasi. Walaupun pada akhirnya terganjal pada kasus KKN dan demo besar-besaran pada tahun 1998. Yang membekas pada benak saya adalah rasa nasionalisme dan religius yang tinggi dari Habibie dan Ainun. Kesediaan Habibie untuk memilih pulang dan kembali ke Indonesia sesaat setelah diingatkan oleh Ibnu Sutowo dan pesan-pesan dari Soeharto untuk menyerahkan kemajuan iptek negara kepada Habibie adalah beberapa bukti sikap patriotik beliau. Kisah kasih yang suci, mengharukan, sekaligus menguatkan menjadi inspirasi tersendiri bagi saya. Waktu berjalan sangat lambat, ketika masuk ke bagian cerita Ibu Ainun dioperasi oleh dr. Burgess di RS LMU Muenchen. Sampai detik terakhir perjalanan Ainun, Habibie masih setia menemani dengan membaca doa. Di akhir cerita sempat tebersit pembahasan yang menarik, mengenai enam jenis dimensi yang ada di dunia (panjang, lebar, tinggi, waktu, kecepatan, dan energi kuantum). Namun, ketika kita masih hidup, kita tidak dapat merasakan adanya dimensi kecepatan dan mekanika kuantum. Walaupun saya tidak mengenal dekat dengan Habibie dan Ainun, dengan membaca buku ini, saya begitu kagum kepada beliau-beliau. Perjuangan dan cita-citanya patut dicontoh. Bangsa Indonesia telah kehilangan mantan Ibu Negara yang supel, mandiri, dermawan, dan sangat dicintai rakyatnya. Kelebihan : Terlihat jelas, Habibie mencatat setiap peristiwa yang terjadi dengan detail baik penamaan tokoh, tanggal kejadian, dan percakapan-percakapan yang terkait di dalamnya. Rasa syukur, ikhlas, cinta kasih, dan nasionalisme tergambar jelas melalui 323 halaman buku tersebut. Dengan gaya bahasa yang sederhana dan cenderung baku, buku ini mampu menarik perhatian saya dengan banyak, banyak sekali kisah inspiratif di dalamnya. Kelemahan : Ada beberapa penggalan kisah, frase, atau kalimat yang diulang-ulang. Mungkin itu adalah bukti bahwa rasa sayang dan sumpah setia Habibie terhadap Ainun yang begitu besar sehingga hal tersebut terjadi. Dan saya memakluminya. YANG BELUM PUNYA WAJIB BELI :) oleh: Atika Mayangsari Baca buku ini jadi tau kalo zaman dulu INDONESIA HEBAT BISA PUNYA PESAWAT SENDIRI tapi kayak dongeng juga ya, orang sekarang udah nggak ada huhuhu :'( Baca buku ini bisa bikin aku lebih mengenal Pak Habibie. Pengen punya suami kayak Pak Habibie loh jadinya :D lol Inspiring couple ^^ oleh: Ika Rizki Nirwana buku ini seperti diary-nya Pak Habibie (dan mungkin memang begitulah adanya). Buku ini adalah self-healing buat Pak Habibie setelah kepergian Bu Ainun dan kisah cita dan cinta beliau dikupas secara gamblang. Buku ini memberikan inspirasi buat anak muda dalam mencari pasangan, haha dan Pak Habibie menjadi suami yang memang benar-benar layak dijadikan inspirasi buat para pria, begitu juga Bu Ainun yang layak dijadikan panutan bagi kaum wanita :) oleh: devy rindayani So Sweet TRUE LOVE...hanya maut yang memisahkan* oleh: Endang Widianingsih emang susah cari lelaki seperti pak habibie oleh: Endang Widianingsih emang romantis pak habibie sama bu ainun saya sampai saya ngeliat bioskopnya sedih banget Dua tubuh, 1 Hati oleh: Agus Rohman, M.Pd Luar Biasa, alur kata begitu inspiratif.... sapuan pena bapak Habibie seolah mengukir guritan tinta emas dalam kehidupan yang beliau jalani dg ainun... oleh: Fauzi Tak banyak pasangan yg menjadi Idola saya, kecuali Pasangan Ibu & Ayah saya .. Dan Pak Habibie & Ibu Ainun menjadi salah satu pasangan favorit saya berikutnya .. Kisah Cinta yg abadi, Endless love, True Story .. Wajib Koleksi !! Add your review for this book! Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |