|
Sinopsis Buku: Meskipun buku ini berangkat dari pengalaman hidup Tan Swie Ling, seorang eks tapol G30S, tetapi penulis tidak cerita sedikit pun tentang orangtua, tempat kelahiran, sekolah, aktivitas-aktivitas politiknya ketika masih muda, dsb. Riwayat hidupnya �dimulai� pada 1 Oktober 1965, ketika dia dapat berita tentang G30S. Saat dia harus mulai sembunyi dan membantu mencari tempat aman untuk Ketua PKI terakhir, Sudisman. Lantas akhir tahun 1966, keduanya ditangkap karena dikhianati Ketua Komisi Verifikasi PKI dan anggota CC, Sujono Pradigdo yang takut disiksa. Selama 13 tahun, dia dipenjara sambil disiksa secara buas dan sadis. Setelah lepas, dia�seperti eks tapol lainnya�harus mengalami segala macam penghinaan, diskriminasi, ancaman dan pemerasan. Tetapi dia tak patah hati, otaknya tidak ambruk, semangat dan disiplinnya tetap utuh. Dan inilah refleksinya atas G30S, awal dari kehancuran nasionalisme Indonesia dan Indonesia itu sendiri.
�Menikmati buku ini setelah batja banjak artikel di koran dan terima banjak imel bergaya sms, rasanja seperti minum air putih dingin jang baru turun dari pegunungan, setelah dipaksa minum 10 botol Miranda berturut2.� (Ben Anderson Professor Emiritus Cornell University) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |