|
Sinopsis Buku: Banyak orang memendam impian keliling dunia, menjelajah sana menjelajah sini sambil melihat panorama alam yang eksotis. Tetapi, impian tersebut selalu hancur bila mengingat budget yang harus dikeluarkan. “Pergi ke luar negeri itu mahal, loh?†Begitu keluh banyak orang. Atau, bila sudah mempunyai budget yang mencukupi, masih saja ada keluhan seperti, “Siapa yang nemenin perjalanan saya di sana? Gimana kalo kesasar?â€
Di dalam buku ini, Lucy menuangkan banyak pengalaman traveling-nya. Mulai dari mengatur low budget, hingga membuang kegelisahan seperti di atas. 8 Hari di Negeri Paman Ho memuat banyak cerita, mulai dari peristiwa konyol, menyedihkan, hingga yang membuatnya jengkel setengah mati. Seperti ketika dia harus menghadapi sopir taksi yang ribet, yang sukanya masang “argo kudaâ€, atau ketika dia kesasar gara-gara bentuk jalan raya Vietnam yang mirip antara satu dengan yang lain. Yuk, jalan-jalan ke Ho Chi Minh City, Halong Bay, Hanoi, bareng Lucy! *** “Kutu kupret itu taksi, argo kuda!†Begitu salah satu kutipan buku 8 Hari di Negeri Paman Ho, sebuah catatan perjalanan dengan sentuhan personal yang sangat detail. Mbak Lucy berhasil membuat saya ngiler. Deskripsi yang sangat jelas membuat imajinasi saya akan sebuah destinasi menjadi terpuaskan. Ayos Purwoaji, backpacker dan editor Hifatlobrain. Membaca buku ini seakan-akan menyentak kesadaran bahwa kita juga perlu waktu untuk diri kita sendiri. Sebuah catatan perjalanan ke negara tetangga, yang ditulis dengan bahasa visual yang lincah, yang mampu membuat pembacanya serasa hanyut dan ikut ke dalam perjalanan yang mengesankan itu. Heri K Budiwanto, manajer perusahaan freight forwarder di Jakarta. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |