|
Sinopsis Buku: Rasanya tidak berlebihan jika pelajaran berharga yang bisa kita tarik dari sejarah filsafat Tiongkok adalah seni ketangguhan, bagaimana mereka jatuh-bangun mengatasi pelbagai kemelut politik dalam negeri (yang acap terjadi di sekujur tiga milenium sejarah Tiongkok) maupun kemelut internasional (terutama perang dengan Jepang 1932-1945), bencana alam, maupun kelaparan hebat dan pelbagai krisis lainnya sedemikian rupa, sehingga Tiongkok menampilkan suatu peradaban yang sinambung sampai masuk ke zaman posmodern dan seterusnya. Menarik pelajaran dari filsafat Tiongkok pastilah akan berguna bagi kita sendiri. Seperti tulis Jonathan Fenby: kita berkepentingan untuk mengetahui, dari mana datangnya RRT, sehingga mereka menjadi seperti sekarang ini.
Disposisi itu juga sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Konfusius dalam L�n-yǚ XV.11: Barang siapa hendak memahami masa depan, dia harus tahu masa lalu. Itu pasti bukan narasi gampang, tetapi justru karena tidak gampang, penulis amat bernafsu untuk membongkarnya: mulai kosmologi dan ideosinkretisme, Y�-Jīng, Konfusianisme, Mohisme, Daoisme, Kaum Dialektik, Ajaran Yīn-Y�ng, Kaum Legalis, Buddhisme Tiongkok, hingga Kāng Yǒuw�i. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |