|
Sinopsis Buku: Buku ini tentang Black Swan: peristiwa acak yang mendasari hidup kita, dari munculnya buku-buku bestseller hingga bencana dunia. Dampak peristiwa-peristiwa tersebut amat besar; nyaris mustahil dapat diprediksi; namun setelah terjadi, kita selalu berusaha untuk merasionalisasinya.
Salah satu contoh terkini tentang Black Swan adalah kejatuhan pasar saham dunia pada tahun 2008-sesuatu yang telah diendus dalam buku ini. The Black Swan menunjukkan kepada kita mengapa kita mesti berusaha memprediksi segala sesuatu dan justru mengambil keuntungan dari ketidakpastian. Resensi Buku:
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() oleh: Andre Vincent Wenas Kiat Mengelola Ketidakpastian Oleh: Andre Vincent Wenas ------------------------- Resensi/Tinjauan Buku Judul buku: �The Black Swan: The Impact of the Highly Improbable� ; Penulis: Nassim Nicholas Taleb. ------------------------- Karena kebanyakan dari kita telah terbiasa (sebab sedari kecil memang dididik untuk) berpikir kategoris (memilah-milah), memang sulit sekali untuk mencampurkan dua genre: rencana (artinya suatu keterdugaan) dan surprise (suatu ketakterdugaan) yang memang � secara kategoris � berlawanan. Akibat kebiasaan berpikir memilah-milah itu, maka realitas (yang pada kondisi aslinya belum dikategorisasikan) memang menjadi dimengerti secara terpotong-potong. Bahkan ditengarai bahwa pengetahuan kita hanya bisa mencakup peristiwa dan hal-hal yang kecil. Padahal di luar ranah pengetahuan kita banyaklah peristiwa besar yang juga berdampak besar. Black Swan adalah nama sebuah teori yang diusung Nassim Nicholas Taleb, peminat filsafat kelahiran Lebanon yang bekerja sebagai pialang derivative di Wall Street, seorang esais sastra yang juga empirisis yang mengabdikan hidupnya untuk mendalami soal luck, ketidakpastian dan probabilitas. Teori Black Swan menunjukkan banyak peristiwa acak (random)lah yang sesungguhnya mendasari kehidupan sejarah umat manusia. Sebagai suatu peristiwa, Black Swan mustahil untuk diprediksi, namun setelah peristiwa itu terjadi, kita � laksana seorang pakar � berusaha menjelaskan sekaligus merasionalisasinya. Jadi, logika Black Swan melihat bahwa yang tidak kita ketahui adalah jauh lebih relevan ketimbang apa yang sudah diketahui umum. *** Suatu pemahaman tentang realitas (ontologis) senantiasa adalah implikasi dari suatu cara pandang tertentu (epistemologis). Jaman dulu, berdasarkan pengamatan, observasi dan bukti-bukti empiris yang bisa diperoleh sampai saat itu, diketahui bahwa semua angsa warnanya putih. Sehingga dilahirkanlah teori angsa-putih (semua angsa berwarna putih). Dan sekian lamanya teori angsa putih ini tidak bisa dbuktikan kesalahannya, sehingga ia mengalami koroborasi. Sampai akhirnya benua Australia �ditemukan� (ini juga sebenarnya suatu istilah yang aneh, karena benua Australia tidak pernah tersesat atau hilang!) di mana di situ didapati angsa berwarna hitam. Maka seketika itu teori angsa-putih roboh. Metode yang diinisiasi oleh filsuf Karl Popper ini disebut falsifikasi (suatu teori dibuktikan kesalahannya) yang berbeda dengan verifikasi (dibuktikan kebenarannya). Jadi selama tidak terbukti salah, maka teori itu mengalami penguatan (koroborasi) tapi tetap terbuka untuk � suatu saat � didapatinya satu saja data berbeda yang bisa meruntuhkan teori tersebut. Ini memang lebih dari sekedar anomali. *** Peristiwa yang diklasifikasikan sebagai Black Swan tidak dapat (hampir mustahil) untuk diprediksi. Kualifikasi peristiwa disebut Black Swan jika mengandung tiga sifat. Pertama, unik, lain dan sangat berbeda dari dunia atau kerangka harapan kita lantaran tidak ada referensinya di masa lampau (pengalaman, empiris) kita. Kedua, dampak dari peristiwa tadi bersifat ekstrem. Ketiga, walaupun peristiwa itu takterduga sebelumnya, namun � karena sifat alamiah manusia � mendorongnya untuk memberikan penjelasan atau rasionalisasi (setelah peristiwa itu terjadi), sehingga peristiwa itu bakal nampak seperti sesuatu yang �seyogianya bisa diprediksi sebelumnya�. Peristiwa-peristiwa semacam itu dicontohkan dengan mengangkat kasus (masa lalu!) seperti misalnya: bangkitnya tokoh Hitler ke panggung sejarah dunia, keruntuhan dramatis blok Soviet, tragedi 11 September yang merobohkan menara kembar di New York, fenomena penyebaran internet dan lain-lainnya. Pendek kata, segala sesuatu nampak bisa diterangkan setelah peristiwa itu terjadi. Pelbagai teori, spekulasi dan wacana intensif tentang penyebab dan rasionalisasi tentang peristiwa yang telah terjadi itu bermunculan. Pada aras ini, sesungguhnya tidak ada beda yang terlalu jauh antara pakar dan orang awam. Mungkin yang sedikit membedakan status �kepakaran� adalah karena jenis yang pertama lebih mampu untuk �menceritakan� kembali dengan narasi yang lebih baik. Tapi pada hakekatnya, keduanya sama-sama tidak mampu untuk memprediksi peristiwa-peristiwa itu sebelumnya. Jadi bagaimana relevansi praktisnya bagi kita? merencanakan ketakterdugaan bisa diartikan kita menyiapkan dan membuka diri (expose) selebar-lebarnya terhadap probabilitas fenomena Black Swan yang positif, sekaligus waspada dan menjaga diri serapat mungkin terhadap terpaan fenomena Black Swan yang negatif. Realitas sosial pada dirinya sendiri terlalu besar (bahkan misterius) untuk dicerap dipahami secara adekuat dengan �keahlian� kita memilah-milah (mengkategorisasi). Dengan berbuat demikian, sesungguhnya realitas sosial yang tampil adalah realitas yang telah terdistorsi (oleh saratnya kepentingan) kita sendiri. ---------------------- *) Andre Vincent Wenas,MM,MBA. Praktisi manajemen & dosen IPMI Business School. - Tulisan ini pernah dimuat di Majalah WARTA EKONOMI, edisi 12 Th.XXI, 15-28 Juni 2009. ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() oleh: Adryanto Hermawan THE BLACK SWAN The Impact of the Highly Improbable (Judul asli buku ini) Inti keseluruhan dari isi buku ini adalah : Mengajarkan kita untuk bersikap optimis, dimana sikap yang selalu dapat melihat kesempatan walaupun dalam setiap kesempitan. Sebaliknya sikap pesimis yang selalu melihat kesempitan di setiap kesempatan. ![]() Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |