|
Sinopsis Buku: ENGHIS KHAN
LEGENDA SANG PENAKLUK DARI MONGOLIA * * * * * �Di mana gerangan Jenghis Khan? Ia tidak mati. Inilah yang terjadi: Seorang raja di sebuah negeri nun jauh memiliki putri seelok mentari. Jenghis Khan meminta perawan itu. Sang raja diam-diam berkata pada putrinya: ini sebilah pisau, sangat kecil dan tajam. Sembunyikan di balik pakaianmu, dan kala waktunya tiba kau tahu yang harus kaulakukan. Tatkala Yang Mulia Jenghis berbaring bersamanya, sang putri mengeluarkan pisau itu dan mengebirinya. Jenghis berteriak saat merasakan luka itu. Orang-orang bergegas masuk, namun Jenghis hanya berkata: bawa pergi gadis ini, aku ingin tidur. Jenghis terlelap dan tak pernah bangun dari tidur itu. Tetapi, bukankah Yang Mulia Jenghis akan menyembuhkan dirinya sendiri? Setelah pulih, ia akan terjaga dan menyelamatkan bangsanya" Dongeng rakyat Mongol, diadaptasi dari Owen Lattimore, Mongol Journeys * * * * * Jenghis Khan adalah tokoh abadi dalam sejarah: pemimpin jenius, pendiri kerajaan darat terbesar dunia�dua kali lipat luas Romawi. Kematiannya yang misterius mempertaruhkan segalanya dalam bahaya, sehingga peristiwa itu tetap dirahasiakan sampai semua ahli warisnya berhasil mengamankan daerah taklukannya. Kerahasiaan menyelubungi dirinya sejak itu. Makamnya yang tak pernah ditemukan, dengan harta karun yang dibayangkan orang berada di dalamnya, terus jadi sasaran keingintahuan dan spekulasi. Di masa kini, Jenghis Khan kerap dianggap momok, pahlawan, dan manusia setengah dewa. Bagi umat Muslim, bangsa Rusia dan Eropa, dia seorang pembunuh massal. Namun di tanah kelahirannya, bangsa Mongol memujanya sebagai bapak bangsa; bangsa China menghormatinya sebagai pendiri dinasti; dan di kedua negara tersebut para pemuja mencari berkahnya. Buku ini lebih dari sekadar ulasan menarik tentang kebangkitan dan penaklukan Jenghis Khan. Penulisnya, John Man, menggunakan pengalaman langsung guna menyingkap pengaruh sang Khan yang terus lestari. Dialah penulis pertama yang menjelajahi lembah tersembunyi tempat Jenghis diperkirakan wafat, dan salah satu dari sedikit orang Barat yang pernah mendaki gunung keramat tempat Jenghis mungkin dimakamkan. Hasilnya, sebuah ulasan memikat tentang sang tokoh serta pelbagai �gairah� yang melingkupinya di masa kini. Dalam legenda, ritual, dan kontroversi, Jenghis Khan memang tak pernah mati... * * * * * �Cemerlang, gamblang, dan sarat pengetahuan... menghidupkan kembali sang penakluk dan bangsa Mongol.��Simon Sebag Montefiore, Daily Telegraph �Mengagumkan... sejarah tak pernah sememikat buku ini.��Yorkshire Evening Post �Ulasan yang menggetarkan ihwal kehidupan, kematian, dan pengaruh Jenghis Khan yang terus berlanjut.��Guardian �Bacaan yang sangat bagus mengenai sang tokoh.��Independent �Catatan yang mengesankan, bukan hanya tentang tokoh sejarah yang mengagumkan danpara pengikutnya, tapi juga perihal gaung sejarah itu sendiri.��Waterstone�s Books Quarterly * * * * * John Man adalah sejarawan dan travel writer dengan ketertarikan khusus terhadap Mongolia. Setelah menyelesaikan studi mengenai Jerman dan Prancis di Oxford, ia mengambil dua program kursus pascasarjana: kajian sejarah sains di Oxford dan studi bangsa Mongol pada School of Oriental and African Studies di London. Karyanya, Gobi:Tracking theDesert, adalah buku pertama tentang topik tersebut sejak 1920-an. Ia juga pengarang buku Atlas of the Year 1000, sebuah potret dunia pada pergantian milenium; Alpha Beta, tentang awal mula alfabet; dan The Gutenberg Revolution, sebuah telaah tentang asal-usul dan dampak percetakan. Dengan cepat ia menjadi salah satu sejarawan dunia yang karyanya paling banyak dibaca orang. Ia tinggal di London. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |