CATEGORY

Gautama, sang Buddha legenda itu, adalah sosok yang hidup dalam kurun waktu abad ke-6 hingga ke-5 SM. Namun, kisah hidup dan pencarian spiritualnya terus-menerus dimaknai dan dijadikan sumber ilham oleh banyak pencari hingga melampaui sekat-sekat formal berbagai agama. Bagi kehidupan modern yang melapuk, kisah Gautama pun menemukan relevansinya. Sama dengan Buddha, yang hidup pada masa transisi di India Utara saat itu, kita juga mengalami krisis sosial, kekerasan politik, dan tragedi kemanusiaanyang menjerihkan nalar dan mendesakkan apatisme. Oleh karena itu, ada aspek-aspek pencarian Buddha yang selaras dengan etos modern, yakni pemerdekaan pribadi dan berpikir, serta pijakannya yang kuat pada aras kemanusiaan.

Namun di sisi lain, Buddha adalah suatu tantangan karena sikapnya yang radikal terhadap penderitaan. Menurutnya, kehidupan spiritual belum bisa bangkit sebelum manusia membiarkan diri dikuasai oleh kenyataan adanya penderitaanyang oleh manusia modern sering ditutup dengan optimisme. Sebelum kita menyadari bagaimana penderitaan itu benar-benar memengaruhi pengalaman hidup kita sehingga mampu merasai derita pihak lain, termasuk musuh sekalipun, maka nibbana atau pembebasan dari derita itu tidak bisa diraih. Dan nibbana itu bukanlah sesuatu yang berasal dari hari kemudian, bukan pula sesuatu yang dijanjikan; manusia bisa mengalaminya hari ini. Adakah kita siap dengan keikhlasan semacam itu hingga surga turun ke bumi?