|
Sinopsis Buku: Rasulullah saw. telah mengajarkan 99 nama yang digunakan Tuhan untuk mencipta, memelihara, dan mengembangkan alam semesta sampai mencapai kebulatan yang nyaris sempurna (unfinished; sifat bilangan 99). Tinggal satu nama yang tak diajarkan yang harus kita temukan sendiri lewat pengabdian sepanjang hidup. Itulah sebutir mata tasbih yang terlepas dari untaiannya. Itulah nama Allah teragung (ismull�h al-a'zham) atau nama Tuhan yang ke-100. Dan, bila Allah dipanggil dengan nama tersebut maka segala hajat akan ditunaikan dan serba bencana akan terhindarkan. Orang yang merengkuh nama itulah yang dapat mengubah jalan hidup bahkan sejarah. Perannya ditunggu-tunggu. Kehadirannya menjadi rahmat bagi semesta.
Membaca karya Kang Muh, kita akan menemukan sebuah ambang pencerahan. Dr. Damardjati Supadjar, guru besar filsafat dari UGM Muhammad Zuhri adalah sang penempuh jalan sunyi yang cintanya kepada Allah telah mengasah begitu banyak intan, dan mau tersenyum ketika cinta saya sebagai murid berwujud tidak saja ketaatan, tetapi juga pemberontakan � Penjelasannya atas berbagai istilah dan konsep dalam ajaran Quran membuat siapa pun akan tertegun. Kaca pahamnya begitu dalam �. Miranda Risang Ayu, penulis Cahaya Rumah Kita Di mata Pak Muh, sesungguhnya setiap individu adalah calon ibu kebenaran yang berpotensi menjadi teman dialog Tuhan dalam menyempurnakan kenyataan ... Wawasan kesufiannya ternyata sungguh revolusioner. Mungkin itulah sebabnya dia disukai generasi muda muslim angkatan 80-an yang secara diam tapi pasti merintis revolusi budaya keagamaan tanpa gegap gempita revolusi sosial politik yang melanda Eropa Timur di peralihan dasawarsa 80-an ke 90-an. Armahedi Mahzar, M.Sc. (pakar Fisika ITB) Buku ini menampilkan wajah Islam yang menyenangkan sekaligus mencoba mentransformasi pembacanya. Ini adalah buku yang radikal; di akarnya ada filsafat, tasawuf, dan akhlak. Filsafatnya amat basah dengan ketuhanan, dan tasawufnya sangat sosial. Wajah Tuhan ditemui dalam merespons peristiwa-peristiwa sosial tanpa prasangka, dan dalam kepekaan menangkap dan menanggapi perintah Tuhan yang tak pernah berhenti diturunkan � ternyata Tuhan begitu dekat �. Dr. Zainal Abidin Bagir (Program Studi Agama dan Lintas-Budaya, UGM) Di dalam diri Zuhri dan komunitasnya saya melihat benang merah yang menarik antara sufisme tradisional dan dunia modern. Tujuannya lebih komunitarian daripada personal. Aktivitasnya dirancang untuk membebaskan orang lemah dan membutuhkan yang amat selaras dengan ideologi-ideologi aksi sosial akhir abad ke-20. Dr. Peter G. Riddel (Dosen senior Islamic Studies di Brunel University dan doktor Islamic studies dari Australian National University) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |