Kini, hermeneutika kian memperlihatkan relevansi dan daya tariknya yang tersembunyi. Wacana yang semula hanya menjadi perbincangan ramai di kalangan ahli-ahli filsafat di Eropa Daratan, kini beralih menjadi bahan perbincangan ramai dalam disiplin ilmu sosial dan humaniora, termasuk ilmu sastra. Baik sebagai teori penafsiran maupun sebagai asas-asas universal pemahaman, kehadiran kembali hermeneutika sedikit banyak mampu memberi arah baru bagi perkembangan estetika dan ilmu sastra, yang selama lebih setengah abad diharu-biru bahkan diredupkan oleh teori-teori neopositivisme dan formalisme. Di bawah pengaruh kuat teori-teori neopositivisme dan juga belakangan sebagai dampak dari pandangan negatif posmodernisme, teks-teks klasik dianggap kurang relevan karena merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai lagi dengan semangat zaman baru. Padahal, kearifan, falsafah, dan nilai etis banyak terkandung dalam teks-teks klasik tersebut. Nah, hermeneutika memiliki fungsi penting dalam menguak perbendaharaan ini. Dalam buku ini, penulis dengan apik mengulas hermeneutika dan sastra, meliputi relasi dan sejarahnya, hingga bagaimana keduanya difungsikan di Timor maupun di Barat, baik oleh filsuf maupun mistikus.
***
Tak dapat dipungkiri, peradaban besar dunia selalu terikat dengan estetika. Sungguh sayang bila kita tidak memiliki seperangkat alat untuk mengungkap karya sastra-sebagai produk estetika-berikut pelajaran dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Untuk tujuan ini, penulis ternilai berhasil dalammenjelaskan dengan apik fungsi dan peran hermeneutika sebagai alat yang dimaksud.
- Prof. Dr. Umar Shihab, Cendekiawan Muslim
Buku ini akan mengantarkan pembaca terbuka terhadap karya sastra klasik. Penulis menawarkan hermeneutika sebagai 'kunci' untuk membuka makna dan pesan filosofis dari suatu karya sastra. Buku ini bisa dibaca oleh berbagai kalangan, baik Muslim, Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, maupun agama lainnya.
- Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Guru Besar Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Wakil Menteri Agama