|
Sinopsis Buku: Saudara-saudara! "Dasar-dasar Negara" telah saja usulkan. Lima bilangannja. Inikah Pantja Dharma? Bukan! Nama Pantja Dharma tidak tepat disni. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membitjarakan dasar. Saja senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima djumlahnja. Djari kita lima setangan. Kita mempunjai Pantja Indera. Apa lagi jang lima bilangannja? (seorang jang hadlir: Pendawa lima). Pendawapun lima orangnja. Sekarang banjaknja prinsip; kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesedjahteraan dan ketuhanan, lima pula bilangannja. Namanja bukan Pantja Dharma, tetapi saja namakan ini dengan petundjuk seorang teman kita ahli bahasa namanja ialah Pantja Sila. Sila artinja azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. (Cuplikan pidato Bung Karno 1 Juni 1945) Sebenarnya harapan dari rakyat tidak banyak dan tidak sulit: Pertama, rakyat mengharapkan agara segera terwujud dan tercapainya cita-cita perjuangan kita, ialah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kedua, rakyat mengharapkan dengan sendirinya teaknya Republik Proklamasi, yang kita Proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, serta kelangsungan landasan perjuangan kita, yaitu Pancasila dan UUD 45. Dan juga pelaksanaan pembangunan sebagai pengalaman Pancasila sedemikian rupa sehingga kemiskinan, kebodohan, dan juga keterbelakangan bisa teratasi. Mau tidak mau, untuk dapat mewujudkan semua itu tidak hanya diperlukan kerja keras, tetapi juga perlu benar-benar mempunyai rasa memiliki Negara Proklamasi, cita-cita kemerdekaan maupun juga Pancasila dan UUD 45. (Cuplikan pidato Pak Harto 9 Agustus 1997) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |