Putu Setia tidak pernah menduga dirinya akan menjadi seorang pendeta. Dari keluarga miskin di Bali, Putu Setia melakoni kehidupan yang keras. Ia pernah menyaksikan kelamnya tragedi pasca G30S (pembantaian PKI) dan Peristiwa Buleleng (peng-golkar-an Bali), berhenti sekolah karena persoalan biaya, merasakan sulitnya menjadi anak panggung, hingga akhirnya menemukan gairah dalam dunia jurnalistik yang ia tekuni selama lebih dari tiga dekade. Dunia yang mengasah idealisme dan memapankan kehidupannya.
Namun bagi Putu Setia, hidup bukan hanya tentang materi, melainkan proses dalam mensyukuri segala hal yang telah semesta beri, bagaimanapun caranya. Menjadi pendeta dan mengabdikan dirinya pada umat merupakan cara yang dipilih oleh Putu Setia untuk mensyukuri kehidupan —selain membayar utang budi terhadap leluhur. Nama Putu Setia pun berganti menjadi Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda dan akrab disapa “Mpu Jaya Prema”.
Buku ini menuturkan kisah Mpu Jaya Prema dalam menjalani transformasi spiritual untuk menjadi seorang pendeta. Tidak hanya itu, Mpu Jaya Prema juga mengajak kita untuk menelusuri seluk beluk kehidupan sosial dan adat istiadat Bali, memahami makna yang terdapat dalam setiap tradisi. Dituturkan dengan rinci dan jernih, buku ini membuat kita seolah-olah hadir dalam setiap pengalaman yang ia kisahkan.