Cari berdasarkan:



Peristiwa 17 Oktober 1952
 








Peristiwa 17 Oktober 1952   
oleh: Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution
> Sejarah

List Price :   Rp 25.000
Your Price :    Rp 21.250 (15% OFF)
 
Penerbit :    Narasi
Edisi :    Soft Cover
ISBN :    9791683115
ISBN-13 :    9789791683111
Tgl Penerbitan :    2013-03-00
Bahasa :    Indonesia
 
Halaman :    112
Ukuran :    200x140x0 mm
Berat :    134 gram
Sinopsis Buku:


Pagi tanggal 17 Oktober 1952, suasana Jakarta terasa lebihmencekam. Hanya dalam hitungan menit, ribuan massa mendatangi gedung parlemen di Pejambon, Jakarta Pusat. Setelah mendobrak masuk gedung parlemen kemudian mereka menuju Istana Presiden. Kala itu, dua buah tank, empat kendaraan lapis baja, dan ribuan orang menyerbu memasuki gerbang Istana Merdeka. Sejumlah moncong tank dan meriam Angkatan Darat juga menghadap langsung ke arah istana. Akibat dari kejadian itu A.H. Nasution diberhentikan dari jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.


Ada beberapa pendapat tentang apa yang sesungguhnya terjadi dengan kejadian yang kelak dikenal dengan "Peristiwa 17 Oktober 1952" itu. Ada yang menuding PSI, yang saat itu memainkan kartu anti-Sukarno dan anti-komunis, berada di balik gerakan tersebut. Presiden Sukarno sendiri dan beberapa pihak juga memandang peristiwa 17 Oktober 1952 sebagai percobaan "setengah Coup" militer terhadap Presiden Sukarno.


Hubingan Jenderal A.H. Nasution dengan Sukarno memang penuh liku. Sebagai seorang patriot yang turut dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia, mengapa Jenderal A.H. Nasution menempatkan "moncong" meriam ke arah istana. Apa yang sebenarnya terjadi?



***


Jenderal Besar TNI Purn. Abdul Haris Nasution lahir di Kotanopan, Sumatra Utara, 3 Desember 1918. Karier militernya dimulai tahun 1940, ketika Belanda membuka sekolah perwira cadangan bagi pemuda Indonesia. Dua tahun kemudian, ia mengalami pertempuran pertamanya saat melawan Jepang di Surabaya. Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Nasution bersama para pemuda eksPETA mendirikan Badan Keamanan Rakyat. Lalu Mei 1946, ia dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Panglima Divisi Siliwangi. Pada Februari 1948, ia menjadi Wakil Panglima Besar TNI (orang kedua setelah Jenderal Sudirman). Sebulan kemudian ia ditunjuk menjadi Kepala staf Operasi Markas Besar Angkatan Perang RI. Di penghujung tahun 1949, ia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Pada 5 Oktober 1997, bertepatan dengan hari ABRI. Nasution dianugerahi pangkat jenderal besar bintang Lima. Ia tutup usia di RS Gatot Soebroto pada 6 September 2000 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.





Resensi Buku:



Buku Sejenis Lainnya:
oleh Andrew Goss
Rp 150.000
Rp 127.500

Kepulauan Nusantara adalah surga untuk melakukan eksplorasi ilmiah. Para ilmuwan dari seluruh dunia pernah membuat penemuan penting di sana. ...  [selengkapnya]

oleh George Coedes, Louis-Charles Damais, Hermann Kulke, Pierre-Yves Manguin
Rp 75.000
Rp 63.750

Sriwijaya adalah kerajaan tertua di Indonesia yang membentangkan jaringannya dari India hingga ke Tiongkok, dalam bidang ekonomi maupun agama. ...  [selengkapnya]

oleh Soedjipto Abimanyu
Rp 160.000
Rp 136.000
Pastinya, orang-orang tak lagi asing dengan ramalan Jayabaya, yang meramalkan tentang para pemimpin negara Indonesia. Nah, ramalan Jayabaya itu ...  [selengkapnya]
oleh Emsan
Rp 45.000
Rp 38.250

Apa rahasia sukses Tiongkok sehingga menjadi raksasa Asia, bahkan dunia? dalam buku ini, diluas secara ...  [selengkapnya]


Lihat semua buku sejenis »




Advertisement