|
Sinopsis Buku: SETELAH kembali jadi rakyat biasa, kesan orang dari luar mungkin memperkirakan BJ. Habibie sudah dapat menikmati hari tuanya, membaca, berkumpul selalu dengan keluarga, terlepas dari dunia luar dan tidak mau tahu apa yang terjadi dengan bangsa Indonesia. Ternyata semua itu keliru. B.J. Habibie masih seperti semula, perhatiannya kepada masalah kesejahteraan rakyat tidak berubah seperti ketika ia masih menjabat dalam pemerintahan. la tetap peduli pada lingkungannya. "Bagaimana saya bisa tentram jika melihat sekeliling saya masih memprihatinkan", katanya pada suatu ketika. Bedanya, kini ia tidak bisa terjun langsung ke lapangan atau urun rembuk dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah. Tetapi ia tetap masih seperti dulu, hatinya selalu mendidih jika melihat kesenjangan dalam masyarakat yang tidak kunjung selesai. Obsesinya pada kemajuan sumber daya manusia yang terbarukan memiliki nilai tambah dan daya saing masih juga seperti dulu. Tetapi kini ia hanya bisa melampiaskan kegeramannya melalui orasi-orasi yang disampaikannya di depan publik atau di depan para tamu-tamu yang tidak henti-henti datang menemuinya. Mereka yang datang meminta masukan pada acara konferensi, seminar atau mereka yang mendambakan pemikiran B.J, Habibie untuk suatu masalah. Tamu-tamu itu dijadwalkan rutin seperti ketika B.J. Habibie masih dalam tugas-tugas pemerintahan. Bahkan tidak hanya pasif untuk mengemukakan gagasan kepada mereka yang datang menemuinya. la juga selalu datang berkunjung memberikan masukan kepada presiden yang telah menggantikannya. la datang bersilaturahmi kepada Presiden Megawati, begitu pula berularig kali mendatangi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Saya datang bukan bersilaturahmi biasa kepada seorang presiden, tetapi saya wajib menyampaikan apa yang perlu kepada seorang nakhoda bangsa", katanya ketika ditanya wartawan. Itulah B.J. Habibie kini, dia tidak menjadi seorang Begawan yang selalu turun dari pertapaannya, seorang resi yang sudah minandito, karena ia selalu berada tidak jauh dari masyarakat dan rakyat seperti dirinya kini. Kepekaannya tidak pernah berkurang melihat kesenjangan, salah urus atau kelambanan dalam penerapan kebijakan. (A. Makmur Mokka) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |