Cari berdasarkan:



B.O.M Business Owner Mentality
 








B.O.M Business Owner Mentality 
oleh: Sujatmo Halim
> Bisnis, Manajemen & Keuangan » Manajemen & Leadership

List Price :   Rp 88.800
Your Price :    Rp 75.480 (15% OFF)
 
Penerbit :    Elex Media Komputindo
Edisi :    Soft Cover
ISBN :    6020028798
ISBN-13 :    9786020028798
Tgl Penerbitan :    2012-02-07
Bahasa :    Indonesia
 
Halaman :    0
Ukuran :    0x0x0 mm
Sinopsis Buku:
Dua dari tiga orang menjawab tertarik untuk menjadi entrepreneur, dan 34,9% di antaranya berkata siap terjun "bila ada kesempatan". Dari data tenaga kerja, jumlah pekerja formal kita saat ini ada sekitar 30 juta orang. Ini berarti ada sekitar 20 juta orang yang punya animo "calon entrepreneur". Mereka punya keinginan dan rasa salut terhadap jiwa entrepreneurship. Namun, menurut Ciputra Foundation, saat ini hanya ada sekitar 0,18% penduduk Indonesia yang jadi entrepreneur. Dengan kata lain, hanya dua di antara 1.000 orang yang jadi entrepreneur. Kalau banyak yang mau, tapi sedikit yang bisa, itu berarti ada masalah yang belum terungkap. Secara umum, bagi kalangan profesional banyak sekali mentalitas entrepreneurship yang mengundang decak kagum: kegigihan mereka, inisiatif dan semangat tempur, keberanian dan kecepatan menangkap peluang. Semua itu mendatangkan rasa hormat. Mereka yang tidak menjadi entrepreneur, sebagian bekerja sebagai pekerja perusahaan.

Bisakah kita membawa semangat entrepreneurship itu ke dalam management leadership perusahaan? Dengan demikian, animo jiwa entrepreneurship itu bisa berkembang dan diakomodasi dalam perusahaan. Apa yang akan terjadi kalau kedua kekuatan itu bergabung? Hal itulah yang akan kita bahas dalam perjumpaan kali ini. Daya Pikat Pertumbuhan Pasar Di sisi lain, inilah kesempatan bisnis yang paling besar dalam sejarah. Saat ini, `kue pasar` yang ditawarkan pertumbuhan bisnis dan ekonomi amat besar. Silakan simak fakta-fakta berikut ini: Ada 56,5% orang yang tahun ini masuk kelas menengah. Mereka punya daya beli, sanggup beli, dan suka konsumsi. Pendapatan per kapita menembus angka 3.000 dolar.

Menurut kelaziman lifestyle belanja, angka 3.000 USD per kapita itu adalah threshold magic. Hal-hal fenomenal terjadi setelah ambang angka tersebut terlewati. Dan Indonesia sudah melewatinya! Ada sekitar USD1.082.000.000.000 uang masuk dalam sistem belanja. Ini jumlah uang yang amat menggiurkan dan siap dibelanjakan. Psikografisnya, mereka semua suka konsumsi. Pasar Indonesia bak gadis seksi yang membuat banyak orang melirik. Bisakah perusahaan lokal menangkap peluang tersebut, atau hanya menjadi penonton? Bagaimana peluang para produsen kita menghadapi kesempatan ini ini? Bagaimana kesiapan perusahaan dan kapasitas organisasi menghadapinya? Apa kaitannya kesiapan perusahaan dengan spirit entrepreneurship dalam menikmati kesempatan di atas? Hal itu akan dikupas tuntas.

Sebelum kita lihat relevansi tersebut, mari kita lihat kesiapan kapasitas organisasi. Kesiapan Kapasitas Organisasi Sejauh mana perusahaan dalam mempersiapkan dan melengkapi kapasitas organisasinya dalam menyambut peluang di atas? Apakah kaum profesional berapi-api menyambutnya? Ziglar dalam bukunya Ziglar on Selling mengutip survei di London menunjukkan bahwa sekitar 80% pekerja "tidak merasakan apa-apa" saat pergi ke tempat kerja. Ini sama dengan mengatakan bahwa mereka tidak begitu senang harus pergi ke tempat kerja. Mereka harus terburu-buru, tergesa-gesa. Pergi bekerja hanya sebuah kewajiban. That`s it! Itu baru di London yang tidak macet, dan gajinya tinggi pula.

Anda bisa membayangkan profiling survei itu bila dilakukan di Jakarta. Di kota terbesar negeri ini, untuk berangkat kerja saja orang butuh 1,5 hingga 2 jam akibat macet. Akibatnya, pergi kerja bukan lagi sekadar kewajiban, tapi juga menjadi sebuah beban yang harus dihadapi, dan tidak ada pilihan lain.

Sementara itu, Covey dalam The 8th Habit yang mengutip riset menyatakan kalau tim perusahaan itu diibaratkan seperti tim sepak bola, maka ini potretnya: Ada tujuh orang yang tidak tahu di mana gawang mereka. Dua orang menendang ke gawang sendiri alias gol bunuh diri. Dengan kata lain, kita bisa mengatakan tidak ada realignment spirit dan cara berpikir kohesif dalam perusahaan. Kalau tim bisa bergerak kongruen, maka hasilnya kita bisa mengantisipasi hasil yang spektakuler.




Resensi Buku:



Buku Sejenis Lainnya:
Tips Praktis Berpikir, Bersikap, Dan Bertindak untuk Meraih Potensi Hidup yang Maksimal
oleh Febe Victoria Chen
Rp 50.000
Rp 42.500
Agar berhasil dalam hidup, tugas kita adalah menjaga pola pikir agar selalu tertuju pada hal-hal baik dan pengalaman terbaik. Oleh karena itulah buku ...  [selengkapnya]
oleh Prof. Dr. Wibowo, S.E., M. Phil.
Rp 123.000
Rp 104.550
Manajemen kinerja atau sering dikenal sebagai performance management adalah tentang bagaimana mengelola kegiatan dalam suatu organisasi untuk ...  [selengkapnya]
oleh John P. Kotter
Rp 58.000
Rp 49.300

Apa yang diperlukan untuk membawa perusahaan Anda menghadapi perubahan dengan sukses? John P. Kotter, pakar kenamaan dalam kepemimpinan bisnis, ...  [selengkapnya]

oleh Prof. Dr. H. Ismail Nawawi Uha, MPA., M.Si.
Rp 54.000
Rp 45.900

Keberhasilan ...  [selengkapnya]


Lihat semua buku sejenis »




Advertisement