|
Sinopsis Buku: Punakawan merasa heran dengan sikap junjungan mereka, para Pandawa, yang terlena kekuasaan hingga melupakan kewajiban sebagai pemimpin. Mereka justru sibuk membuat Candi Saptaarga sebagai tanda terima kasih kepada kakek mereka, Begawan Abiyasa, padahal Abiyasa sendiri tidak menghendaki pembuatan candi tersebut. Suatu hari, datanglah Abimanyu dengan wajah sedih. Selain mengadukan kelakuan para Pandawa yang tak lagi memperhatikan rakyat, ia juga mengeluhkan hubungan kasihnya dengan Dewi Lesmanawati, putri Prabu Duryudana, yang tidak mendapatkan restu dari pihak Astina. Kiai Semar pun menyarankan Abimanyu untuk bertapa di Gunung Parasu, namun dalam wujud ikan nila bersisik emas. Abimanyu setuju. Selanjutnya, Semar mengubah wujud Abimanyu menjadi ikan nila bersisik emas dan menyuruh Bagong menceburkan ikan itu ke Danau Tirtaranu yang terletak di Gunung Parasu. Lantas bagaimanakah kisah selanjutnya? Tentu saja, sepak terjang para Punakawan bakal mewarnai dengan kental novel kaya kearifan ini. Jika kekuasaan bengkok, maka kewajiban rakyatlah meluruskannya. Jika para Pandawa lupa diri, maka tugas merekalah mengingatkannya. Meski cara dan protes yang dipakai sangat unik dan menarik. Termasuk membantu menyelesaikan masalah pribadi junjungan mereka bila diminta. Sebagaimana yang menimpa Abimanyu, putra terkasih Arjuna. Selamat membaca! Apa jadinya jika putra-putra Semar yang terkenal kocak, tidak punya tampang bangsawan, bau rakyat jelata, suka lancang, kalau ngomong asbun (asal bunyi), masing-masing menjadi seorang raja dan mengubah nama mereka dengan segagah mungkin? Kisah Heroik dari Para Abdi Sejati! Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |