|
Sinopsis Buku: Hingga kini masyarakat sastera masih mengenang Umar Khayyam (1048-1123 M), ahli matematika dan astronomi sekaligus penyair dan ahli pikir. Tak kunjung habisnya pesona memancar dari karya pujangga Iran zaman pertengahan ini, terutama yang berbentuk rubayat atau kuatren, yakni sajak yang terdiri atas empat larik. Dalam istilah Mehdi Aminrazavi, ahli filsafat dan agama dari Amerika Serikat, rubayat Umar Khayyam adalah "anggur kearifan" (wine of wisdom). Tidak mengherankan jika karya sastera ini mempesona banyak kalangan, tak terkecuali para penulis besar seperti Arthur Conan Doyle, Ezra Pound, Mark Twain, Raplh Waldo Emerson, dan T.S. Eliot. Rubaiyat karya Umar Khayyam digubah dalam bahasa Persia. Sejak abad ke-19 timbul upaya untuk menerjemahkan karya ini ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Edward Fitzgerald (1809-1883) menginggriskan karya ini dengan judul Rubaiyat of Omar Khayyam. Karya terjemahan ini pertama kali terbit pada 1859 dan sejak itu menjadi sangat terkenal. Masyarakat sastera Indonesia sendiri patut berterima kasih kepada mendiang Hartojo Andangdjaja yang berhasil mengindonesiakan rubayat Umar Khayyam berdasarkan terjemahan Inggris dari Edward Fitzgerald. Hartojo sendiri adalah salah seorang penyair Indonesia terkemuka yang juga menerjemahkan sejumlah karya sastra lainnya. Buku Rubaiyat Umar Khayyam ini adalah salah satu peninggalannya yang penting dibaca. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |