|
Sinopsis Buku: Tidak dapat disangsikan bahwa Tolstoi adalah patriot bangsanya. Secara sukarela ia terjun dalam Perang Krim (1853-1856) melawan Turki yang dibantu oleh Inggris, Perancis, dan Sardinia. Pengalaman dalam perang ini kemudian ia bukukan dalam Sebastopolskiye Rasskazi (Cerita-cerita Sebastopol). Roman adikaryanya Voina i mir (Perang dan Damai), di mana ia merawikan kemenangan rakyat Rusia dalam menangkis serbuan tentara Napoleon (1805-1814). Dalam Haji Murat ia justru mengetengahkan tokoh Haji Murat dari Chechnya yang cinta kemerdekaan, melawan Rusia yang ketika itu berada di bawah kekuasaan Tsar Nikolai I (1827-1855). Ia lukiskan Haji Murat (tahun 1849-1852) sebagai tokoh yang gagah berani, tangkas dan cerdas. Sebaliknya, ia lukiskan Nikolai I sebagai tokoh despot yang tak berperikemanusiaan, namun merasa diri sebagai sumber kebijaksanaan Rusia dan dunia. Para jenderal (a.l. Vorontsov dan Kamenev) dan para perwiranya ia lukiskan sebagai orang-orang yang tidak peka dan suka hidup berfoya-foya dengan mengorbankan kepentingan rakyat. Sebaliknya rakyat yang sederhana (seperti Avdeyev) ia lukiskan sebagai orang lugu, cinta kerja, yang tak punya rasa permusuhan, juga terhadap Haji Murat dan para muridnya. Walau cerita ini berakhir dengan kematian Haji Murat, dalam benak pembaca terpateri Haji Murat sebagai tokoh yang pantang menyerah. ... Bbagi Tolstoi, setidak-tidaknya dalam roman ini dan di usia lanjutnya, keadilan dan kemanusiaan lebih penting daripada tanahair. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |