Cari berdasarkan:



Yogyakarta 19 Desember 1948 - Jenderal Spoor Vs Jenderal Sudirman
 


Maaf, stock buku kosong atau out-of-print.


Yogyakarta 19 Desember 1948 - Jenderal Spoor Vs Jenderal Sudirman 
oleh: Himawan Soetanto
> Sejarah

Penerbit :    Gramedia Pustaka Utama
ISBN :    9792221786
ISBN-13 :    9789792221787
Tgl Penerbitan :    2006-06-00
Bahasa :    Indonesia
 
Ukuran :    0x0x0 mm
Sinopsis Buku:
Niederwerfungs strategie atau strategy of annihilation, strategi penghancuran, dengan melumpuhkan Yogyakarta sebagai sentra gravita Republik Indonesia adalah pendekatan yang diyakini ampuh oleh Belanda untuk melenyapkan RI. Pendekatan yang merupakan ajaran Carl von Clausewitz itu diterapkan Belanda saat melancarkan agresi militer pertama pada 21 Juli 1947. Saat itu TNI bertahan dengan taktik linier konvensional dengan mengonsentrasikan kekuatannya di titik-titik tertentu. Adu strategi dalam pertempuran statis itu dimenangkan Belanda, yang mengerahkan kekuatan persenjataan yang unggul di darat, laut, dan udara. Namun, karena alasan-alasan tertentu, agresi yang oleh Belanda disebut aksi polisional itu tidak diteruskan ke ibu kota RI, Yogyakarta.

Kerugian signifikan diderita RI dalam agresi militer pertama Belanda. Wilayah Republik menjadi semakin sempit karena sebagian besar daerahnya dicaplok Belanda. Selain itu, ditetapkan garis demarkasi baru (garis van Mook) yang memaksa Divisi Siliwangi hijrah ke daerah RI yang masih tersisa, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal itu diatur dalam Perjanjian Renville yang banyak menimbulkan ketidakpuasan di pihak RI. Kelak, sebagian besar kalangan itu menyeberang ke PKI dan menusuk RI dari belakang, mengobarkan pemberontakan di Madiun pada 18 September 1948.

Sementara itu, melihat berbagai perkembangan terakhir, Belanda akhirnya memutuskan melancarkan agresi militer kedua secara mendadak. Belanda hantam kromo, membatalkan perjanjian gencatan senjata secara sepihak dan berusaha tidak memberitahukan itu pada RI maupun KTN. Strateginya dalam aksi yang diberi nama sandi Operasi Kraai ini masih sama seperti pada agresi pertama dan mengandalkan unsur pendadakan. Sebaliknya, setelah mempelajari kesalahan strategi dari kekalahan agresi pertama, RI menjawabnya dengan ermattungs strategie atau strategy of attrition, strategi penjemuan, yang dituangkan dalam Perintah Siasat Nomor Satu Panglima Besar 1948.

Dilengkapi dengan salinan dokumen-dokumen, peta, dan foto yang relevan, ini adalah buku komprehensif tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. Di samping itu, dapat dilihat keunggulan militer RI dalam menghadapi Belanda yang lebih kuat dan lengkap persenjataannya. Karena itu, buku ini sangat pantas dibaca kalangan militer, sejarawan, mahasiswa, pemerhati militer dan sejarah, dan anak bangsa yang ingin lebih mengetahui salah satu babakan penting perjalanan bangsanya.




Resensi Buku:



Buku Sejenis Lainnya:
oleh Andrew Goss
Rp 150.000
Rp 127.500

Kepulauan Nusantara adalah surga untuk melakukan eksplorasi ilmiah. Para ilmuwan dari seluruh dunia pernah membuat penemuan penting di sana. ...  [selengkapnya]

oleh George Coedes, Louis-Charles Damais, Hermann Kulke, Pierre-Yves Manguin
Rp 75.000
Rp 63.750

Sriwijaya adalah kerajaan tertua di Indonesia yang membentangkan jaringannya dari India hingga ke Tiongkok, dalam bidang ekonomi maupun agama. ...  [selengkapnya]

oleh Soedjipto Abimanyu
Rp 160.000
Rp 136.000
Pastinya, orang-orang tak lagi asing dengan ramalan Jayabaya, yang meramalkan tentang para pemimpin negara Indonesia. Nah, ramalan Jayabaya itu ...  [selengkapnya]
oleh Emsan
Rp 45.000
Rp 38.250

Apa rahasia sukses Tiongkok sehingga menjadi raksasa Asia, bahkan dunia? dalam buku ini, diluas secara ...  [selengkapnya]


Lihat semua buku sejenis »




Advertisement