|
Sinopsis Buku: "...Bangsa ini harus rendah hati untuk benar-benar kemudian dapat kembali pada kejayaan spirit pelaut seperti nenek moyang kita. Rendah hati mengakui bahwa bangsa Indonesia telah menyia-nyiakan anugerah Tuhan yang begitu kaya dan luas ini. Ini bukan persoalan “penjajahan” lagi – yang sering dianggap sebagai biang keladi keterpurukan laut Indonesia. Ini masalah mental bangsa yang harus segera diubah oleh kita semua. Jayalah Lautku, jayalah Indonesiaku!" —Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri, Mantan Wakasad "...Bisa dibayangkan, jika semua instansi saling berebut dan mengklaim berhak melakukan tugasnya, laut tidak pernah akan terjaga dengan baik. Justru itu, garis komando harus jelas meskipun dalam pelaksanaannya saling berkoordinasi. Bagaimanapun juga, Penjaga Laut dan Pantai tidak mungkin dilakukan oleh satu instansi atau di bawah satu departemen mengingat persoalan di laut tidak hanya satu atau dua saja. Masalah laut begitu banyak. Oleh karena itu, semua instansi pemerintah terkait dengan laut harus besinergi. Pemerintah harus membentuk satu badan yang mengoordinasi kegiatan para instansi tersebut agar tidak saling bertubrukan karena tumpang tindihnya peraturan." —Franciscus Welirang, Pengusaha "Buku berjudul TAHUN 1511, Lima Ratus Tahun Kemudian menyadarkan saya atas begitu banyak harapan yang telah dan akan ditumpahkan pada aspek kelautan oleh bangsa Indonesia. Laut tidak hanya sebagai unsur alam yang menjadi alat pemersatu antarpulau di Nusantara, tetapi juga merupakan budaya, karakter, dan unsur pembentuk martabat bangsa Indonesia..." —R. Priyono, Kepala BP MIGAS "Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Perairan laut yang luas membentang menghubungkan pulau-pulau tersebut. Laut yang dangkal dan dalam itu menyediakan sumber kekayaan alam yang luar biasa bagi rakyat Indonesia..." —K.H. Salahuddin Wahid, Ketua Gerakan Integritas Nasional Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |