|
Sinopsis Buku: �Kita sudah melacak keberadaan Allah lewat argumentasi fitrah. Kini marilah kita melangkah ke perenungan selanjutnya. Saya akan mengajak kalian untuk mengenali Allah dengan akal kita, secara rasional.� Gairah akalku semakin hari semakin meledak-ledak ketika guruku, Syeikh Abdullah, membawaku berkelana menjelajahi samudera cinta yang hakiki dan menyauk hikmah Ilahiah.
Tapi, hari-hari belajarku di Hauzah Ilmiah Hujjatiah, Qum, Iran, itu kulalui sambil terus dihantui bayangan Alifia. Dia adalah separuh jiwaku yang kutinggalkan di Indonesia. Cinta kami hampir pasti kandas karena tidak adanya restu dari Papa Alifia. Tapi, Allah menghendaki sesuatu yang berbeda. Cinta yang hampir pasti kandas itu nyaris saja kembali bersemi. �Nyaris bersemi�, karena Allah akhirnya punya kehendak yang lain. Kehendak Allah pula yang membuatku berada di ambang keterlibatan dalam sebuah upaya mengungkap kasus spionase keluarga Daniel, seorang Yahudi Iran yang kedua orang tuanya tewas dalam peristiwa peledakan bom di Pantai Kuta, Bali. Berlatar Iran, novel ini berkisah tentang pergulatan identitas dan teologi dengan sangat menarik! �Irfan Hidayatullah, dosen, penulis, dan aktivis FLP �Kisah pelajar hauzah di Qum ini bukan semata kisah drama, namun juga wahana perjalanan ruhiyah." �Sofie Dewayani, penulis dan penikmat sastra Novel ini menunjukkan, karya fiksi bukan semata permainan imajinasi dan khayalan kosong. Penggambaran Iran yang menjelma utuh berlandaskan memori dan aspek empiris penulisnya begitu istimewa, dan menyeret pembaca masuk ke dalam jalinan cerita. -Rini Nurul Badariah, penerjemah dan penyunting lepas Dengan gaya pengisahan meyakinkan dari mulut orang pertama, pembaca tersihir untuk memercayai kisah ini sebagai peristiwa nyata. Kisah yang meramu percintaan, sejarah dan budaya Iran, serta misteri yang menarik untuk dibaca. �Sunaryono Basuki, novelis dan kritikus sastra Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |