|
Sinopsis Buku: Lebanon ibarat sebuah titik kecil di antara luasnya negara-negara Arab. Sebuah negeri yang indah. Bahkan Beirut sempat mendapat julukan Paris di dunia timur dan menjadi persinggahan kalangan jetset kelas dunia. Namun, negeri itu juga menjadi barometer konflik antara Israel dan negara-negara Arab yang tak kunjung usai. Wilayah Lebanon Selatan yang berbatasan langsung dengan Israel adalah medan terbuka konflik bersenjata antara Hizbullah dan pasukan Israel. Garis perbatasan sepanjang blueline sering menjadi medan penyerangan. Berbagai tempat seperti Syekh Abbad Tomb, Fatima Gate, wilayah Ghajar, dan Sungai Litani mengandung potensi konflik yang sangat besar. Sementara tanah pertanian Chebaa yang subur masih menjadi wilayah perebutan antara Israel, Lebanon, dan Suriah. Lebanon Selatan juga menjadi kawasan paling strategis bagi pelarian warga Palestina.
Seperti yang diutarakan oleh seorang penduduk Lebanon Selatan, konflik Israel dan Lebanon adalah konflik abadi. Hizbullah bercita-cita melenyapkan Israel dari muka bumi, sebaliknya Israel bertekad melenyapkan Hizbullah sampai ke akar-akarnya. "Kami tetap saling menyerang meskipun kami dulunya bersaudara." Membaca buku ini ibarat menyaksikan perjalanan konflik sebuah negeri indah di Timur Tengah. Konflik Israel-Lebanon terlalu unik dan menarik karena mengandung permusuhan sebagai warisan sejarah peradaban negeri itu. Penulis, seorang staf Intelligent Assessment UNIFIL, yang tergabung dalam misi pemelihara perdamaian, telah melihat dari dekat konflik perbatasan itu, lalu menuangkannya menjadi buku, dan mengajak pembaca untuk menyaksikan konflik itu dar idekat. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |