|
Sinopsis Buku: Malam amat gelap dan jalan seolah tak berujung. Selama belum melewati perbatasan Iran, Malihe masih dilingkupi rasa khawatir. Meski sebenarnya, tempat mana pun tak ada beda baginya. Sudah lama kegelisahan besar menaungi hidupnya.
Malihe masih ingat betul saat duduk dalam akad nikah dan melihat wajah ceria Majid di cermin, tercetuslah ikrar pada Tuhan bahwa ia akan selalu bersama suami dalam suka ataupun duka. Malihe memang selalu ingat ucapan ibunya yang sekaligus jadi figur hidupnya itu: "Seorang gadis masuk rumah suaminya dengan pakaian pengantin dan harus keluar dari sana dengan kain kafan." Dan kini, menemani Majid menyelundup ke Turki bersama dua bocahnya, tekadnya seperti benar-benar diuji. Keterlibatan Majid dalam sebuah kelompok ekstrem sebelum menikah - atas bujukan dan propaganda adiknya, rupanya masih terus membuntuti takdir hidupnya. Ke mana pun suaminya dapat bekerja yang sebelumnya didapat dengan susah payahnya, selalu saja akhirnya mendapat kata putus: "Kau bermasalah dan dianggap berbahaya." Situasi panas pasca perang (revolusi) memang tak kenal ampun terhadap orang yang terlanjur dicap ekstrem, meski yang bersangkutan telah tobat dan lepas tangan. Kerikil tajam dan kawat berduri terus beruntun menghadang Malihe dan Majid, tapi mereka tetap memantapkan langkah, sekalipun harus hujan air mata. Malihe dan Majid adalah potret air mata yang gigih berburu asa; juga upaya tulus canda dan tawa betapapun di tengah duka, dalam perjalanan berliku membangun masa depan. Resensi Buku:
"The Heavenly Couple" oleh: yanti Buku ini sangat bagus... mengingatkan para wanita.. bagaimana menjadi istri dan pendamping bagi suaminya. Tidak mengenal kata menyuerah dalam berjuang. saya pajang buku ini di http://maaini.wordpress.com/2008/04/18/the-heavenly-couple/ kalau sempat buka ya.. Makasi Add your review for this book! Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |