|
Sinopsis Buku:
Awalnya, Ginan yakin obat-obatan itu hanya menyediakan segala sesuatu yang indah dalam hidup. Ketenangan dan kedamaian. Semua terlambat saat ia sadari bahwa hal itu justru merebut apa yang seharusnya menjadi kebahagiaan sejati untuknya. “Ginan,” kata Ayah, yang kemudian terdiam. “Kenapa, Ayah?” tanya saya ketika Ayah tak kunjung melanjutkan kalimatnya. “Kamu tahu Magic Johnson?” Saya mengangguk, tak mengerti ke arah mana Ayah akan menyambung pertanyaan itu. “Sekarang kamu sama seperti dia. Kamu terinfeksi HIV.” Bagi Ginan, hidup memiliki dua pilihan untuknya: pasrah atas hidup dan penyakit yang dideritanya, atau terus melanjutkan hidup tanpa kesia-siaan. Dengan penuh kesadaran, Ginan memilih melampaui mimpi dan terus melangkah.
Tahun 2003, Ginan Koesmayadi bersama teman-temannya berhasil mendirikan Rumah Cemara—tempat rehabilitasi pemakai narkoba dan orang yang terinfeksi HIV. Kesungguhannya mengharumkan nama bangsa lewat sepak bola, berhasil ditunjukkannya di pertandingan Homeless World Cup (HWC) tahun 2011 di Paris dan meraih peringkat ke-6. Ginan juga meraih predikat best player. Dia yang dianggap tak lagi memiliki masa depan, justru dapat mengharumkan nama bangsa. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |