|
Sinopsis Buku: Gunung Jiwa merupakan sebuah karya yang unik dalam jagat sastra kontemporer. Ia merupakan sebuah perjalanan batin dengan dialog antartokoh yang hanya dijelaskan oleh kata ganti �aku�, �kau�, �dia�, atau �ia� (�kami� yang melukiskan sekelompok orang atau massa dihilangkan, mungkin karena mengingatkan kembali pada kenangan-kenangan yang buruk). Novel ini dihiasi keindahan alam hutan-hutan perawan di Cina, hasrat percintaan, dan gambaran sederhana tentang kesenangan yang ditimbulkan oleh persahabatan, perenungan tentang sungai, kisah petualangan klasik yang menakjubkan, realitas absurd gaya Kafka kontemporer, dan refleksi tentang karya seni romantik. Sebuah novel yang amat luar biasa karena berada di luar norma-norma Timur maupun Barat.
Karya ini tak akan berarti apa-apa tanpa bahasa yang mendukungnya: sebuah bahasa modern, musikal, tanpa kepura-puraan maupun kemuraman yang melintas sempurna saat dibacakan dengan suara lantang. Pengalaman di dunia teater merupakan modal utama dalam tulisan-tulisan Gao Xingjian: secara sistematis, ia menciptakan jarak antara narator dan pembaca dengan bantuan �dia berkata...� yang diulang-ulang tanpa henti, sesuatu yang juga kita temukan dalam naskah-naskah teaternya. Jika �aku� adalah orang lain, maka �aku� berarti �kau�, semacam suara batin yang halus, berjarak dan juga universal. Bila �aku� mencoba mewujudkan imajinasi-imajinasinya, maka �kau� yang menggantikan narator. Dengan dilatari tulisan-tulisan tentang mitologi Cina dan toponimi peta Cina, apakah novel ini merupakan pencarian terhadap keindahan, kebenaran, dan pengakuan pribadi atau pencarian atas identitas novel itu sendiri? Simak kalimat terakhir novel ini: �Pada kenyataannya, aku sama sekali tidak mengerti, sama sekali tidak. Begitulah.� Kalimat itu menunjukkan bahwa jawaban pertanyaan di atas tak terkatakan. [] Resensi Buku:
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() oleh: Jansen Hendrico ![]() Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |