|
111. |
| | oleh Mira W *** Out of Print *** [selengkapnya]
|
|
112. |
| | oleh Mira W *** Out of Print *** [selengkapnya]
|
|
113. |
| | oleh Mira W *** Out of Print *** Cetak ulang dengan sampul baru.
Mereka saling mencintai bahkan ketika kata cinta itu sendiri belum hadir dalam kamus mereka. Cinta mereka begitu indah. Cinta yang mengikat mereka dalam sebuah perkawinan yang tak bernoda. Tetapi Alzheimer datang terlalu pagi. Tatkala suaminya sudah tidak ... [selengkapnya]
|
|
114. |
| | oleh Mira W *** Out of Print *** Mereka saling mencintai bahkan ketika kata cinta itu sendiri belum hadir dalam kamus mereka. Cinta mereka begitu dalam dan indah. Cinta yang mengikat mereka dalam sebuah perkawinan yang tak bernoda.Tetapi Alzheimer datang terlalu pagi."Penyakit ini menyebabkan kemunduran intelektual yang progresif. ... [selengkapnya]
|
|
115. |
| | oleh Mira W *** Out of Print *** Boy, tipe pemuda masa kini yang urakan dan selalu semau gue, terkenal sebagai mahasiswa fakultas kedokteran yang top di kampusnya. Dia tampan, pintar, kaya, dan digandrungi oleh teman-teman gadisnya. Hidupnya yang serba enak dan santai berakhir tatkala dalam suatu pertikaian dengan ayahnya, ia ... [selengkapnya]
|
|
116. |
| | oleh Mira W *** Out of Print *** * cetak ulang ganti cover*
Kereta gunung itu sudah meluncur turun dengan cepatnya, sehingga dari atas bukit hanya tampak seperti seekor ulat merah yang sedang melata di atas sebuah permadani hijau. Sementara tubuh Parlin masih separuh menggelantung di udara, separuh lagi melekat di bibir pintu, ... [selengkapnya]
|
|
117. |
| | oleh Mira W *** Out of Print *** "Tanamkan benihmu di tubuhku, Mas," pintanya dengan suara memelas yang tak mungkin ditolak. "Biarkan aku mengandung anakmu. Beri aku kesempatan untuk mengandung dan membesarkan buah hati kita". "Aku juga menginginkannya, Andra," balas Paskal lembut. Dikecupnya rambut Solandra yang harum semerbak. ... [selengkapnya]
|
|
118. |
| | oleh Mira W *** Out of Print *** Dalam naungan cuaca yang mulai meredup, ketika kegelapan yang samar mulai menyapa, mereka berpelukan makin erat. Seolah meniru matahari yang tenggelam dalam rangkulan laut. Dan tidak melepaskannya lagi kendati malam mulai menjelang.
"Seperti matahari dalam pelukan laut," bisik Kezia terharu. ... [selengkapnya]
|
|
119. |
| | oleh Mira W *** Out of Print *** "Cintaku kepadamu bukan cinta tersisa," sahut Ardian terus terang.
"Kamulah cinta pertamku dan terakhir."
Suara Ardian berubah lembu. Amat lembut.
"Ada cinta yang tak pernah luluh, Dila. Sekalipun tulang telah lebur menjadi debu."
Dalam hidupnya, telah dua kali Dila dikhianati pria.
Anak ... [selengkapnya]
|
|
120. |
| | oleh Mira W *** Out of Print *** "Tahu mengapa saya jatuh cinta padamu?". "Pernahkah kaukatakan?". "Karena kau adalah kau. Karena lembut dan keras berpadu dalam dirimu. Aku tidak menyesal kau tidak memilih diriku. Tapi menyesal kau tidak memilih diriku. Tapi menyesal karena lelaki seperti itu yang akan memiliki perempuan sehebat ... [selengkapnya]
|
|