|
Sinopsis Buku: Tangis terkadang diidentikkan dengan kecengengan, kerapuhan dan pelbagai identitas yang dikaitkan dengan kelemahan jiwa. Itulah sebabnya tangis sering dikesankan negatif. Akan tetapi pada kenyataannya linangan air mata terkadang menjadi bagian dari proses penenangan jiwa. Dalam tangis seseorang terkadang menemukan kepuasan dan kesyahduan.
Tentu, tangis bukan semarang tangis, Ibnu Qayyim membagi tangis ke dalam sepuluh macam. Ada tangis kasih sayang, tangis takut dan khawatir, tangis cinta dan rindu, tangis gembira dan bahagia, tangis terkejut karena sesuatu yang menyakitkan, tangis sedih,t angis lemah dan tidak mampu, tangis kemunafikan, tangis palsu, dan tangis solidaritas. Tangis bukan hanya milik orang-orang awam. Para nabi dan orang-orang saleh pun menangis. Air mata mereka laksana biji-biji mutiara yang indah tercurah menyenandungkan tasbih-tasbih Ilahi. Airmata mereka mengalir dari hati terdalam. Inilah airmata rasa takut (khaul), cinta (hubb), dan pengharapan (raja'). Tangisan Rasulullah tidak beda dengan tertawanya. Tidak tersedu-sedu, juga tidak keras suaranya. Seperti juga tertawa beliau yang tidak cekikikan. Namun air matanya mengucur deras. Tangisnya satu waktu karena kasihan, di waktu yang lain karena khawatir pada umatnya, dan karena takut pada Allah pada kali yang lain. Inilah tangisan penuh ridha, cinta, dan pengagungan. "Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk". (QS Al-Isra'[17]: 109) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |