CATEGORY

Sungguh aku tidak siap dengan apa yang mereka lakukan terhadap anakku. Karena memberontak, Ikhsan diduduki oleh orang dewasa, lalu dipijit di bagian telapak kaki dan kepala. Lalu seputar pusarnya ditempelkan sebuah alat seperti volt-meter untuk mengetahui ada tidaknya aliran saraf. Ya, anakku disetrum! Tentu saja dia menjerit-jerit, dan selama itu pengasuh setianya menangis terguguk-guguk di teras, sementara aku berusaha untuk bertahan, tetap tegar menunggui....

Berbagai upaya ditempuh Ita demi "kesembuhan" putra semata wayangnya yang autistik--upaya-upaya yang melelahkan secara fisik dan mental, yang bahkan mengoyak bahtera rumah tangganya. Ita pun sempat mempertanyakan kehendak Tuhan--mengapa harus aku?

Untaian Duka, Taburan Mutiara adalah catatan Ita atas perjuangan tak kenal lelah membesarkan putra autistiknya, Ikhsan Priatama. Tak disangka, di tengah badai duka yang harus dilewatinya, Ita justru berhasil menuai hikmah kehidupan yang sangat berharga. Dan hikmah itulah yang akhirnya membawanya menemukan potensi dirinya, untuk mengajar, memberi, dan mengasihi sesama.

"Di tengah perjuangan membesarkan putranya seorang diri, Ita selalu meluangkan waktu--secara personal dan tanpa pamrih--merespons satu per satu permasalahan orangtua anak autistik di seluruh penjuru tanah air. Keberaniannya untuk secara blak-blakan berbagi dengan masyarakat yang lebih luas melalui buku ini menunjukkan ketulusannya yang sungguh menyentuh."--Lydia Salim, Ibunda Ryan Nugraha


Tentang Penulis:

Dyah Puspita, atau biasa dipanggil Ita, adalah seorang Psikolog alumnus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Sejak 1997, Ita menjadi pengurus aktif Yayasan Autisma Indonesia, kemudian juga mengelola sebuah sekolah khusus untuk anak autistik sejak akhir 1999. Kini Ita adalah Penanggung Jawab Pendidikan di Sekolah Mandiga, Jakarta Selatan, dan aktif bepergian ke seluruh pelosok Indonesia untuk berbagi pengalaman dengan masyarakat luas mengenai bagaimana menjalani hidup yang "kaya" dan "menyenangkan" bersama individu autistik. Mimpi yang masih ingin diwujudkannya adalah sebuah asrama bagi remaja dewasa autistik, sehingga mereka bisa hidup "mandiri" dan bahagia.