|
Sinopsis Buku: Apa yang aneh jika orang Batak naik haji, sehingga harus diangkat dalam buku ini? Berbeda dari umumnya orang Jawa yang senang pada dunia kebatinan yang bersifat esoterik, di mana ibadah haji didekati dengan olah rasa, mistis, orang Batak pada umumnya lebih bersifat eksoterik: lugas, rasional, dan senang mempertanyakan apa saja secara kritis sekalipun dalam ibadah haji. [...]
Secara antropologis orang Batak memang dikenal lebih ekstrovert, tidak senang berbasa-basi, senang bercanda, dan rasional. Dalam buku ini pun Aritonang masih sempat berkelakar. Katanya, nama onta itu berasal dari Batak. Suatu ketika ada warga kampung Silalas, Medan, pergi haji. Ketika pulang, orang-orang kampung ragu akan kepergiannya ke Makkah. "Apa tandanya kalau saudara sudah ke Tanah Suci?", tanya tetangga. "Saya bertemu binatang besar, bisa ditunggangi dan banyak sekali minum air," jawabnya. Lalu apa nama binatang itu? Dia menjawab, "Ontahlah," maksudnya "entahlah", tidak tahu nama binatang itu. Maka sejak itu orang Batak menamai binatang itu "onta". Jadi, siapa yang salah, apakah yang bertanya, apakah yang menjawab, atau percaya pada cerita itu, terserah pembaca. Tetapi itulah salah satu ciri orang Batak yang selalu ingin menciptakan suasana segar di mana pun. Prof Dr Komaruddin Hidayat Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |