|
Sinopsis Buku: TKW. Begitu mendengar kata ini, apa yang terlintas dalam benak Anda? Ya, problematika pekerja wanita Indonesia yang bekerja di luar negeri alias TKW ini tak pernah habis dibicarakan. Banyak yang memandang rendah status TKW hanya karena profesinya sebagai pembantu rumah tangga atau buruh migran. Sebab itulah tak sedikit yang menilai TKW itu rendahan. Sungguh ironi, ketika humanisme dan demokrasi digembar-gemborkan secara universal, TKW masih saja dipandang sebelah mata, bahkan kerapkali diperlakukan sebagai budak. Apakah karena mereka itu pembantu sehingga mereka tidak layak hidup bebas? Apakah karena keterbatasan sehingga mereka tidak bisa berkreativitas?
Adalah salah jika kita langsung menilai demikian. Keterbatasan waktu dan tenaga tidak lantas membuat para pahlawan devisa itu mlempem. Disela-sela kehidupan mereka menghadapi kerasnya hidup di negri asing, mereka sanggup berkarya. Mereka menumpahkan kreativitasnya dalam sebuah buku. Dari buku inilah mereka mulai menggeliatkan eksistensinya. Ya, eksistensi buruh migran di sela waktunya mengurus rumah tangga. Selain menjadi pembantu, mereka juga menjadi penulis. Selain menjadi pahlawan devisa negara, mereka juga menjadi pahlawan devisa bagi diri sendiri dan juga dunia kepenulisan. Terbukti dengan lahirnya tulisan-tulisan mereka yang tak kalah hebatnya dengan tulisan-tulisan para penulis tanah air. Bahkan, hingga saat ini, sudah cukup banyak TKW di Hongkong yang menekuni dunia kepenulisan. Dari generasi Denok Kanthi Rokhmatika hingga kini, generasi Bayu Insani dan Ida Raihan, telah banyak karya tulis baik fiksi maupun nonfiksi lahir dari rahim kreativitas mereka. Karya-karya tulis mereka dapat diapresiasi karena sudah banyak yang dipublikasikan di sejumlah media massa berbahasa Indonesia di Hong Kong maupun media massa di Indonesia. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |