|
Sinopsis Buku: Ekspresi budaya dan ekspresi keberagaman menemukan aktualitasnya di ruang publik lewat media massa dengan segala sosoknya, mulai dari yang elegan hingga ekstrem. Pesan media hadir di mana-mana dan akan mengepung, memberi tahu, membujuk, memberi harapan, atau sekedar menyapa. Barangkali itu sebabnya para ahli komunikasi dan kritikus media sering menyebut masyarakat mutahir sebagai "masyarakat, lingkungan, budaya jenuh media". Pesan-pesan profan dan sakral semuanya sama-sama terserap ke dalam komodifikasi media. Stiker seperti "Walking with Yesus" hingga "Muslim's Car" di kendaraan pribadi menjadi cerminan ungkapan identitas agama seseorang yang sedikit banyak menunjukkan adanya rivalitas beragama di ruang publik.
Bukan hal aneh kalau kemajuan komunikasi dan informasi makin memberi pengaruh amat besar bagi komunitas pemeluk agama, tidak hanya karena membantu memperlancar aktivitas berbagai informasi dan berkomunikasi satu sama lain (misalnya berdakwah), tetapi juga karena ia perlahan tapi pasti menggeser esensi atau watak pengalaman keberagaman itu sendiri (misalnya pergeseran hakikat spiritualitas) di abad media. Buku ini merangkai sejumlah karya pakar budaya dan komunikasi yang otoritatif di bidangnya, berupaya menyoroti citra Muslim di media Muslim dan media Barat serta media arus utama. Beberapa di antara mereka adalah akademisi dan praktisi komunikasi dan media Muslim yang sudah malang-melintang di bidangnya. Ada juga esai karya non-Muslim, tetapi tetap dengan kepekaan mendalam dan keinginan kuat menghilangkan prasangka agama dan budaya terhadap Islam. Kita layak memberi apresiasi terhadap sikap maupun upaya berempati dan respek di antara pemeluk keyakinan berbeda yang menjadi spirit buku ini. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |