|
Sinopsis Buku: "Ha? Apa? Yang mana?" Jingga kebingungan meski jelas-jelas Vincent menunjuk lukisan di hadapannya. Tatapan Jingga kosong, namun Vincent tak juga menyadarinya.
"Oh..., ini pelangi." "Hitam?" "Hitam...? Eh, emmm...maksud gue..., iya, gue lagi pengen aja ngelukis pelangi hitam." Padahal Jingga sama sekali nggak tau kalau yang dilukisnya adalah pelangi warna hitam. "Lagi sedih ya?" "Ah nggak juga," Jingga berusaha menyangkal Kecelakaan di sebuah senja yag suram itu akhirnya menyebabkan Jingga kehilangan penglihatannya. Semua yang ada di hadapannya sekarang hanyalah warna hitam. Namun, ia tetap tidak ingin berhenti melukis. Dalam kebutaan itu, Jingga melukis pelangi kesukaannya; dengan warna hitam. Sementara itu, Ello, cowok teman sekelas Jingga sabar menjaganya dengan sepenuh hati. Sambil terus memendam harap suatu saat mendapatkan hati Jingga. Hati yang selalu terlambat pada masa lain. Pada Vincent, sahabat kecilnya yang sekarang sekolah di Paris. Namun, saat Vincent kembali ke Indonesia dan mendapati Jingga dalam keadaan buta, semua menjadi berbeda. Ada satu kenyataan menyakitkan yang tak mudah ia terima. Tentang seseroang yang menyebabkan mata Jingga buta. Seperti apakah akhir kisah cinta Jingga? Vincet atau Ello kah yang ia pilih? Apakah kebutaan itu telah menghalangi untuk melihat siapakah cinta sejatinya? Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |