|
Sinopsis Buku: Merenung dan Tertawa Bersama Seorang Kiai dan Tiga Santrinya
Syahdan, di sebuah kampung kecil hiduplah seorang kiai bernama Mbah Sholeh. Oleh ketiga pemuda tanggung sekaligus santrinya bernama Sarimin, Madrais, dan Pardi ia dipanggil Kiai Sholeh. Kepada mereka sang kiai tidak mengajarkan kitab kuning, pelajaran tafsir maupun hadis. Tidak juga bahasa Arab dan seluk-beluknya. Kiai Sholeh hanya mendongeng. Itulah sebabnya ketiga santri Kiai Sholeh menyebut kegiatan mereka Pesantren Dongeng. Di musala kecil yang terletak di sebelah rumahnya, hampir saban hari Kiai Sholeh mendongeng. Tak lupa pula sang kiai mengulas makna dan pesan dari dongeng yang baru dituturkannya. Terkadang pesan-pesannya diselipi ayat al-Quran atau kutipan hadis. Semua kisah yang dihadirkan sangat sesuai dengan kondisi kita sekarang ini. Dongeng-dongeng itu mengisahkan berbagai hal yang melekat dalam keseharian kita. Jadi, tentu banyak inspirasi yang bisa kita petik dari percakapan mereka. Sembari mendengarkan dongengan sang kiai, ketiga santri akan berkomentar, bertanya, menyela, atau sekadar berceloteh. Kiai Sholeh hanya akan tersenyum, kadang tertawa, atau geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah polah santri-santrinya. Namun kita pun dapat saja memperlakukan dongeng-dongeng tersebut sekadar sebagai cerita. Dan kita tidak akan kecewa, sebab dongeng-dongeng yang tersaji di buku ini, selain lucu juga bermutu. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |