|
Sinopsis Buku: “Dulu kita tunduk pada raja, dan patuh pada kaisar. Sekarang kita hanya tunduk pada kebenaran dan patuh kepada cinta.”
Itulah sepenggal kata Kahlil Gibran yang sering dijadikan semboyan. Tapi itu bukan sekadar semboyan, sejarah menunjukkan, bahwa melalui sastra setiap bangsa membangun negara dan kebudayaannya. Gibran memanfaatkan karya sastra itu agar kita bisa menciptakan negara yang abadi, dan mencintainya setulus hati. Dia mengajak kita tunduk kepada kebenaran dan patuh kepada cinta. Sedangkan kita tahu bahwa kebenaran dan cinta membuka peluang untuk ditafsirkan dan dihidupi secara merdeka. Gibran yang lahir pada 1883 dan karya-karyanya adalah sarana yang tepat sekaligus sumber keteladanan bagaimana memikirkan dan mencintai manusia, tanah air dan kebudayaan. Ia telah membuktikan, bahwa setiap orang bisa menjadi berkah bagi Tanah Air, bangsa dan dunianya; baik sewaktu hidup maupun sesudahnya. Tetapi bagaimana pengaruh “ajaran” Kahlil Gibran kepada bangsa Indonesia? Apakah sesudah dua generasi membaca karya-karyanya, Indonesia tumbuh menjadi masyarakat yang ideal – sebagaimana dicita-citakan Gibran? Inilah yang menjadi pertanyaan utama dan berusaha dijawab oleh 22 orang penulis dalam buku ini. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |