Cari berdasarkan:



Jangan Pernah Jadi Malaikat
 


Maaf, stock buku kosong atau out-of-print.


Jangan Pernah Jadi Malaikat 
Dari Dwifungsi "Penguasaha" Intrik Politik, Sampai "Rekening Gendut"
oleh: Christianto Wibisono
> Politik & Hukum » Sosial & Politik

Penerbit :    Gramedia Pustaka Utama
Edisi :    Soft Cover
ISBN-13 :    9789792263435
Tgl Penerbitan :    2010-04-11
Bahasa :    Indonesia
 
Halaman :    192
Ukuran :    140x210x0 mm
Sinopsis Buku:
Motif tindak korupsi saat ini sudah bukan lagi soal kebutuhan hidup, melainkan KERAKUSAN GAYA HIDUP PREDATOR. Inilah pola tingkah laku kebanyakan elite politik dan pemerintahan Indonesia sekarang. Mulai dari mereka yang duduk di jenjang karier paling awal sampai elite teras lembaga tinggi negara.

Repotnya lagi, Indonesia kini telah memasuki era DWIFUNGSI "PENGUASAHA". Semakin banyak pengusaha yang sudah dan akan merangsek masuk ke dalam sistem dan rezim politik menjadi penguasa. Hal ini tentu rawan dengan intrik politik dan konflik kepentingan yang bisa mengarah pada skala korupsi yang jauh lebih mengerikan dan negara terancam menjadi sandera. Apalagi, Indonesia saat ini belum begitu mengenal wacana konflik kepentingan yang bahkan di negara demokrasi mapan juga masih relatif baru.

Dalam situasi seperti ini, tentu mustahil mengharapkan KPK bisa menjadi malaikat dalam pemberantasan korupsi, sekalipun lembaga tersebut sudah diberi kekuasaan sedemikian besar nyaris tanpa kontrol dan tanggung jawab, kecuali terhadap diri sendiri. Tidak ada jaminan sedikit pun bahwa mereka tidak akan melakukan tebang-pilih. Sebaliknya, KPK juga tidak bisa diandaikan dapat menjadi seperti Ayub yang meskipun dibuat terpuruk tetap setia kepada iman. KPK pada kenyataannya harus diberi gaji khusus dan perlakuan istimewa, dan tetap saja ada yang terlibat pemerasan atau penyalahgunaan wewenang khususnya.

Maka dari itu, buku ini menawarkan pendekatan dan solusi komprehensif yang sama sekali berbeda. Berdasarkan studi perbandingan empiris dengan negara lain dan sejarah pemberantasan korupsi sejak zaman demokrasi liberal, ada trio senjata pamungkas yang disodorkan: UU Amnesti Berpenalti, UU Pembuktian Terbalik, dan UU Anti-Konflik Kepentingan. Hanya dengan cara ini, RI bisa diselamatkan dari ancaman para predator penyandera negara.




Resensi Buku:




Buku Lainnya oleh Christianto Wibisono:
Rp 75.000     Rp 63.750
Maret 1978, menjelang Sidang Umum MPR di Jakarta, Wawancara Imajiner dengan Bung Karno diberedel oleh Soeharto bersama Buku Putih Mahasiswa ...  [selengkapnya]
Rp 90.000     Rp 76.500
Dalam perang melawan akar masalah terorisme dan pengentasan masyarakat miskin di dunia, jelas tidak ada pilihan kecuali berpihak pada hati nurani, ...  [selengkapnya]


Lihat semua buku yang dikarang oleh Christianto Wibisono  »


Tentang Pengarang:

Christianto Wibisono, lahir di Semarang dari orangtua Oey Koan Gwe dan Lo Tjoan Nio, generasi Tionghoa peranakan yang tidak lagi berbahasa Cina melainkan Belanda, Indonesia, dan Jawa. Pada umur 100 hari hari selamat dari pemboman Sekutu di Zaman Jepang, yang membakar dapur rumah. Tapi ia beruntung masih bisa kembali ke rumahnya. Sedang di zaman Soeharto, dua cucunya nyaris tewas oleh "bom teror" rezim biadab Soeharto yang menembaki mahasiswa 12 Mei dan membiarkan penjarahan, pembakaran, pembunuhan, dan pemerkosaan selama 3 hari (13-15 Mei 1998) secara keji dan tidak berperikemanusiaan. Christianto melewatkan pendidikan dasar dan menengah di perguruan Katolik; Xaverius, Domenico Savio, dan Kolose Loyola - semuanya di Semarang. Pindah ke Jakarta ketika diterima sebagai mahasiswa Fakultas ... [selengkapnya]




Buku Sejenis Lainnya:
Globalisasi Dan Masa Depan Kekayaan Alam Indonesia
oleh Wahyuni Refi
Rp 45.000
Rp 38.250
  [selengkapnya]
Suatu Telaah Ekonomi Politik
oleh Widigdo Sukarman
Rp 50.000
Rp 42.500

Buku Liberalisasi Perbankan Indonesia ini merupakan telaah ekonomi-politik terhadap kebijakan Paket Juni (Pakjun) 1983 dan Paket Oktober ...  [selengkapnya]

oleh Kompasiana
Rp 54.800
Rp 46.580

Hadirnya Jokowi telah menyumbang nuansa baru di dunia politik Indonesia, terlebih ketika dia mencalonkan diri sebagai capres. Begitu pula sosok ...  [selengkapnya]

oleh Nasihin Masha
Rp 63.000
Rp 53.550
Kita harus kembali kepada jati diri sebagai Bangsa Pemenang. Tak ada kata kalah dalam kamus Bangsa Indonesia.

 “Seorang ...  [selengkapnya]


Lihat semua buku sejenis »




Advertisement