|
Sinopsis Buku: Novel ini menjadi frame kehidupan pedangdut pinggiran yang syarat dengan problematika. Pertautan antara popularitas, keluarga, dan uang sangat kental. Setting novel yang ada di Banyuwangi, semakin memperjelas bagaimana kesungguhan penulis untuk mengangkat kehidupan masyarakat sekitar. Novel ini mempunyai tiga fase penceritaan; yakni, terjerumus popularitas, kembali kepada keluarga, dan menyendiri. Pada fase terakhir inilah, pembaca akan menemukan bermacam pemaknaan dari kehidupan Prisyla. Bahwasanya, memahami pedangdut tidak bisa hanya dari satu sisi erotisme belaka.
*** Ibu mau ke mana? suara anak Prisyla. Dia tak peduli. Ada yang lebih penting daripada keluarga, batinnya. Popularitas telah menjerat jiwa Prisyla dan menjadikannya perempuan yang berani meninggalkan suami sekaligus ketiga anaknya. Prisyla telah menemukan Yohan, dan dia percaya, lelaki ini akan mengantarkannya kepada panggung dangdut yang sangat megah. Namun ternyata salah, Yohan justru menjadikan Prisyla sebagai mesin pencari rupiah. Ketika menjadi perempuan panggung, tanpa disadari, anak yang dulu ditinggalkannya sangat mengidolakan lagu-lagu Prisyla. Dengan sangat lugu, bocah tersebut beranggapan Prisyla adalah penyanyi hebat penuh pesona, tanpa sadar bahwa sesungguhnya dia adalah ibunya. Kehidupan memang penuh ironi. Dan DD, Elesi Seorang Penyanyi Dangdut telah mengemas segala ironi tersebut menjadi karya reflektif yang sangat memukau. Pedangdut adalah cermin kehidupan dilematis. Ekonomi rakyat pinggiran, eksotisme, erotisme, dan tentunya popularitas tertuang dalam kehidupan mereka. Novel ini sukses merekam segala problematika tersebut. Hermes Dione, penerjemah, penulis novel Sedara Cinta Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |