|
Sinopsis Buku: Bilqis mengenal Zilzal sebagai pribadi yang mempesona. Ia adalah matahari. Pelataran cahaya dan panas dambaan makhluk. Ia an-jungan yang kehadirannya selalu dirindukan. Ia seumpama laki-laki pembawa ilham. Ia adalah pemuda alumnus sebuah pesantren yang tengah meniti karir sebagai penulis di Jakarta. Ia tidak hanya diidamkan wanita, bahkan Stevanus (pemuda gay dan beda keyakinan) melabuhkan bait-bait cinta padanya. Ia pernah punya cita-cita kelak ingin melafadz-kan ikrar suci pernikahan di bawah matahari Ka'bah.
Sementara Bilqis lahir dari rahim di luar pernikahan yang agung dan sakral. Poros takdir membawanya dalan asuhan seorang sufi, Ustadz Karang Bolong, hingga berusia sepuluh tahun. Lembaran hari-hari setelahnya adalah rajutan benang-benang bersimpul konflik. Sebagai insan, Bilqis ingin memiliki dan membangun sebuah rumah tangga. Tapi ia dihadapkan pada situasi: mungkinkah pendampingnya kelak bisa menerimanya dengan penuh tulus dan apa adanya? Di samping Ka'bah, Bilqis ingin menanggalkan semua kenangan yang pernah ia miliki. Ia bermunajat: �Wahai Tuhanku�.! Tuliskan takdir-Mu, jadikan aku salah satu wanita-wanita surga-Mu�� Kantata Ababil, sebuah novel inspirasi hidup dengan jubah bahasa indah, cantik, beralur tajam dan menggigit ruhani terdalam manusia yang paling suci dan fitri. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |