|
Sinopsis Buku: Bulan Januari 1929, Tintin berangkat memulai petualangan pertama. Dia membutuhkan teman yang setia. Tidak ada yang bisa menjalani peran tersebut lebih baik daripada anjing, sahabat manusia. Ketergantungan akan satu sama lain berkembang di antara keduanya saat mereka sama-sama mengalami petualangan dan bahaya, keberuntungan dan keberhasilan. Kita segera saja melihat si wartawan muda dalam apartemennya di Rue de Labrador, menikmati kehidupan dan kegiatan lajang, hanya ditemani Milo. Mereka berdua tak terpisahkan dan berkali-kali saling menyelamatkan.
Pertanyaan tak terjawab dalam petualangan utuh terakhir, Tintin dan Alpha-Art, adalah apakah Milo berhasil menyelamatkan tuannya lagi. Tidak seperti Tintin, Milo tidak memiliki jiwa petualang, meskipun beberapa kali tampil heroik. Anjing ini lebih menyukai hidup santai, tulang, dan jalan-jalan di taman. Dalam Tintin di Negeri Emas Hitam (1950), Milo bertanya pada Tintin: "Kau tidak akan bertualang lagi, kan?" Sang anjing rupanya ingin tuannya pensiun dari petualangan-petualangannya. Kemungkinan itu pasti terasa menyenangkan setelah bertahun-tahun berlarian di seluruh dunia, mengingat tahun anjing lebih cepat. Dalam Di Kuil Matahari, Milo ketakutan saat diculik burung kondor, tapi ternyata mendapati tumpukan tulang di sarang burung tersebut: "Burung ini tahu cara menjamu tamu!" Baginya, hidup yang menyenangkan adalah tumpukan tulang, bukan taburan bunga. Dalam hal itu, Milo mungkin anjing biasa, tapi dalam hal lain tidak. Anjing mana yang bisa begitu cerewet atau hafal Perjanjian Lama, selain Milo? Dia anjing spesial yang mengombinasikan sifat anjing alami dengan banyak nilai manusiawi yang jelas didapat dari Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |