|
Sinopsis Buku: “Ya,” Paman Harun mengangguk. “Terlalu buruk bagi sepasang orangtua yang syahid untuk punya anak seperti itu.”
Najma selalu mengakui dirinya sebagai gadis dari kota Jerash. Tak peduli bahwa darah Palestina mengalir dalam tubuhnya. Tetap tak ada hati Palestina yang ia miliki. Maka, demi memandang kemegahan Oval Plaza kebanggaan Yordania, hanya satu yang ia impikan: menjadi penari dalam Festival Jerash yang selalu menakjubkan mata dunia. Meski itu berarti, ia sedang mengkhianati darah Palestina yang ia miliki, dan menodai pengorbanan kedua orangtuanya yang mati syahid dalam perebutan Al-Quds melawan Yahudi. Ia tak peduli ketidaksetujuan Paman Harun dan Bibi Nauroh yang telah mengasuhnya sejak kecil di Yordania. Jika sang Paman berkata bahwa ia terlalu mulia untuk sekadar menjadi seorang penari, lantas apakah yang lebih pantas untuknya? Gadis Kota Jerash adalah salah satu dari cerpen-cerpen pilihan dalam antologi kasih ini. Masih ada enam belas kisah lainnya yang diramu dalam kekuatan luka, air mata, asa, sekaligus cinta. Semuanya dipersembahkan, untuk sebuah negeri yang masih tercabik, Palestina… Palestina yang luka dan penuh duka selalu menggoda para cerpenis untuk menuliskannya dalam karya. Ini tentu bukan eksploitasi, tapi ungkapan solidaritas dan rasa peduli secara estetik pada nasib sesama. Persembahan cerpen-cerpen yang indah sekaligus berurai air mata dalam buku ini mencoba mengetuk hati pembaca untuk ikut mendorong 'kemerdekaan' saudara-saudara kita di Palestina. --Ahmadun Yosi Herfanda, presiden Komunitas Sastra Indonesia) Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
Advertisement |